Jumat, 28 Desember 2012

Kata-kata Bijak yang Koplak! Dasar Koplak!

Kemampuan yang paling hebat, dan juga paling mengerikan dari para filsuf, sastrawan, dan penulis amatiran (seperti saya), adalah merangkai kata-kata.. Kemampuan persuasi, yang bisa membuat hal-hal yang sebenarnya koplak, terlihat bijak.. Suatu hal-hal yang jelas salah pun, akan bisa terlihat luar biasa benar, luar biasa masuk akal lengkap dengan argumen yang indah dan berbunga-bunga, yang kedengarannya muncul dari seorang bijak berjanggut yang sedang bersemedi di bawah pohon, lengkap dengan kicauan burung di latar belakang..
Kata-kata bijak berikut ini, saat pertama anda membacanya, anda mungkin akan manggut-manggut setuju, hati anda tersentuh, bahkan mata anda akan berkaca-kaca sambil menghela napas panjang sambil membatin: ‘iya juga yaa..’ Benarkah itu bijak? Yuk kita kritisi..
“Kita tidak perlu menghakimi keburukan orang lain.. Biarlah itu urusan dia dengan Tuhannya.. Hanya Tuhan yang tahu mana yang paling benar. Hanya Tuhan lah yang berhak menghakimi, di akhirat kelak..”
Wow, wow, wow, tunggu dulu.. Jika saja hanya Tuhan yang berhak menghakimi, mari kita bubarkan semua lembaga peradilan, karena manusia tidak berhak menghakimi bukan? Mau orang korupsi, mencuri, menjadi gay dan lesbian, menghina agama, bahkan membunuh orang lain, biarkan saja.. Toh kita tidak berhak menghakimi orang lain kan? Hanya Tuhan yang berhak. Jadi jika ada polisi yang coba mendenda kita karena buang sampah atau merokok sembarangan di Singapura, tampar saja si sok tahu itu, dan katakan: “hanya Tuhan yang berhak menghakimi saya!!” Jika kita hanya membiarkan Tuhan yang mengadili semua keburukan-keburukan manusia di dunia, kita tidak perlu hukum lagi, dan mari kita kembali ke zaman batu (bahkan manusia zaman batu pun punya peraturan). Atau kita ikuti saja kata-kata teman saya: “Lemah teles, Gusti Alloh seng mbales..”
“Kenapa kita ribut-ribut masalah yang sepele sih? Pornografi diributin, penulis buku yang mempromosikan lesbi dihalangin.. Lady Gaga diributin.. Mendingan urusin tuh koruptor, mereka yang lebih berbahaya bagi bangsa kita ini..”
Weks.. Ini sih sama saja dengan: “Ngapain kita tangkap orang yang nyolong sandal, tuh yang maling motor aja dikejar..”. Lha perbuatan buruk, besar atau kecil, tetap harus dihalangi.. Jika orang tersebut menentang pornografi, bukan berarti dia diam saja terhadap koruptor kan? Bukankah lebih baik kita menjaga dari keduanya.. Katakan: say no to pornografi dan korupsi! Dua-duanya, menurut saya, cepat atau lambat, akan menghancurkan negara ini.. bahkan masyarakat barat sendiri pun cukup resah dengan pornografi, koq malah kita mendukungnya?
“Tuhan itu maha kuasa, maha agung, maha besar. Jadi ga perlu dibela. Jika kalian membentuk gerakan untuk membela agama, itu sama saja dengan kalian melecehkan kekuasaan dan kekuatan Tuhan. Tuhan ga perlu dibela..”
Weleh, tunggu sebentar.. Organisasi-organisasi agama yang dibentuk selama ini, dari agama manapun, didirikan untuk membela Tuhan, atau untuk kepentingan para pemeluk agama? Organisasi tersebut dibentuk untuk mengurusi, menyuarakan, dan mengakomodasi kepentingan para penganutnya.. Jika organisasi tersebut bertujuan melindungi kepentingan para anggotanya, kenapa dituduh sedang berusaha membela Tuhan? Saya koq tidak ingat ada organisasi agama yang visi dan misi organisasinya adalah: “untuk membela Tuhan di muka bumi..”
“Kenapa sih anti banget dengan seks bebas? Anti banget dengan rok mini? Padahal diam-diam toh suka nonton film porno, doyan seks juga, suka melototin paha juga.. Dasar otaknya aja yang kotor.. Bersihin tuh otaknya, jangan urusin pakaian orang lain.. Kalau otaknya bersih dan imannya kuat, mau ada yang telanjang di depannya juga ga akan tergoda.. Gak usah munafik dan sok suci deh..”
Lhaaa… Sebentar… Kelompok yang anti seks bebas bukan berarti mereka ga doyan seks ya.. Yang menjadi penentu adalah bagaimana cara kami menyalurkan hasrat kami.. Kami tentu saja suka seks, menikmati seks, tapi dengan pasangan kami, dengan cara yang bertanggung jawab.. Seks merupakan rahmat Tuhan, tapi nikmatilah secara bertanggung jawab.. Jika kami memang maniak seks yang suka meniduri semua makhluk yang berkaki dua, tentu saja kami dengan senang hati mendukung seks bebas.. Itu berarti kami makin bebas meniduri berbagai macam wanita tanpa harus pusing mikirin pampers dan susu, karena, dengan menyebarnya paham seks bebas, makin banyak wanita yang bersedia kami manfaatkan (dan kami tiduri), kemudian kami tinggalkan setelah puas..
Otak kami yang kotor? Ayolah, jika saja para lelaki diciptakan tanpa nafsu, maka sudah lama manusia punah.. Sudah kodratnya laki-laki akan tergerak nafsunya jika melihat paha wanita.. Jika ada lelaki yang dengan gagah berani bilang tidak tergerak nafsunya saat melihat paha wanita cantik, itu hanya omong kosong agar semakin banyak wanita yang memamerkan pahanya dengan senang hati.. Rok mini, memang diciptakan untuk memancing perhatian (dan nafsu) para lelaki.. Jika kami memang berfikiran kotor dan tak bisa menahan iman, tentu kami akan turun ke jalan untuk mendukung semua wanita memakai rok mini.. Makin banyak wanita yang bisa memuaskan nafsu kotor kami.. Jadi, siapakah yang berfikiran kotor dan tidak bisa menahan iman? Para lelaki yang menentang rok mini, atau pendukungnya? Para penentang seks bebas, atau pendukungnya?
Propaganda, seringkali seperti pelacur, menggunakan riasan tebal dan indah untuk menutupi kebusukan di baliknya..
Saya pernah tinggal di kos-kosan di Yogya, yang anak-anaknya terdiri dari berbagai macam aliran: agnostik, atheis, kejawen, liberal, penyembah keris, bahkan ada begitu bingung, sehingga akhirnya mengaku sebagai komunis relijius…
Dengan beragamnya fikiran yang pernah kami perdebatkan, diiringi menyeruput kopi dan menghisap rokok, fikiran saya dijejali dengan berbagai macam aliran lengkap dengan argumen yang luar biasa indah.. Mungkin itu yang membuat saya jadi terlatih mengasah logika, sambil garuk-garuk kepala, dan selalu mencoba melihat jauh ke balik kata-kata nan indah itu.. Nih, kata-kata bijak yang lagi trend saat ini:
“Lady Gaga koq diributin.. Apa bedanya dengan yang sudah ada di Indonesia? Penyanyi Indonesia juga banyak tuh yang seronok. Tuh penyanyi dangdut seronok masuk sampai ke kampung-kampung, ditonton anak-anak. Jika mau adil, yang seperti itu juga dilarang dong..”
Lha para pendukung kebebasan itu memangnya selama ini mendukung pelarangan pornografi sampai ke kampung-kampung? Dulu saat Inul banyak yang menentang, kaum liberalis juga menggunakan dalil yang sama: ‘yang lain juga dilarang doong’. Protes soal chef Sarah Quin (betul ga ya namanya?), juga ditentang dengan alasan: ‘dia ga sengaja tampil seronok koq’. Jika tempat-tempat maksiat digerebek, katanya menghalangi orang cari nafkah. Jika penyanyi dangdut seronok itu diprotes masyarakat sekitar, dijawab: urus dosa masing-masing, kalau ga suka ya ga usah nonton.. Bahkan di saat semua itu berusaha dikurangi dengan UU Anti Pornografi dan Pornoaksi, banyak yang menjerit-jerit: “jangan memasung kebebasan berekspresi!” Intinya kan sebenarnya: “Jangan larang kami melakukan pornografi dan pornoaksi, di tingkat manapun! Mau kami menari bugil sambil mutar-mutarin baju di atas kepala di genteng rumah kami, yo jangan protes!” Jadi, kenapa membanding-bandingkan Lady Gaga ama Keyboard Mak Lampir? (julukan para pedangdut seronok di daerah kami..). Toh dua-duanya sebenarnya kalian dukung, atas nama kebebasan berekspresi? Kami, malah sedang berusaha menentang dua-duanya..
“Kita hidup dlm masyarakat yg sangat plural, sehingga setiap individu hendaknya bebas memilih & menjalankan apapun prinsip hidupnya (termasuk mendukung Irshad Manji atau Lady Gaga), lalu semuanya saling menghormati dlm segala perbedaan pilihan tsb”
Hmm.. Bijak dalam teori, kacau balau dalam praktek. Jika saja semua individu bebas menjalankan prinsip hidupnya, maka kita ga perlu nunggu suku Maya meramalkan akhir dunia. Bisa dibayangkan, jika banyak orang yang mendukung Sumanto, lalu menjalankan prinsip hidupnya sebagai kanibal, maka ayam goreng Kentucky ga bakal laris lagi, dan banyak orang yang nenteng-nenteng pisau daging dan botol merica di jalanan.. Atau, jika banyak orang yang mendukung Amrozi, kemudian menjalankan prinsip hidupnya sebagai pelaku bom bunuh diri, maka terminal bus way yang paling sesak pun akan bubar dalam 5 detik (termasuk penjaga tiketnya) begitu ada lelaki menyandang ransel datang mendekat..
Ya, ya saya tahu.. Argumen saya di atas pasti akan berusaha dimentahkan dengan argumen: “yang penting kan ga merugikan kalian” dalam bentuk kata-kata bijak nan koplak berikut:
“Apa salahnya dengan pornografi? Atau lesbi? Atau perbuatan-perbuatan maksiat lainnya? Toh ga merugikan anda. Jika anda tidak suka, ya ga usah ditonton, ga usah diikuti. Jika takut anak anda terpengaruh, ya perkuat pendidikan iman anak-anak anda. Kalau iman sudah kuat, mau 1000 Lady Gaga datang ke Indonesia, iman kita (dan anak-anak kita) tidak akan terpengaruh..”
Hellooo.. Kita memang makhluk individu, tapi kita juga makhluk sosial. Setiap tindakan kita, sekecil apapun, akan berpengaruh terhadap lingkungan kita. Contoh gampangnya, kenapa kita protes sama tetangga kita yang buang sampah ke kali? “Toh sampahnya sampah dia sendiri (ya mana mungkin dia dengan ikhlas buangin sampahnya ente), kalinya bukan milik mbahmu, lantas kenapa ente yang sewot?” Lha memangnya kalo banjir, banjirnya muter-muter dulu cari siapa bajingan yang membuang sampah, lalu terus menyerbu menggenangi rumah tetangga anda saja sampai setinggi kepala?
Ok kita tidak suka perbuatan-perbuatan maksiat, dan kita berhasil menghindarinya. Lalu kita juga menanamkan iman yang kuat ke anak-anak kita, dan juga berhasil. Dan kita teriak ke luar sana: “Maree seneee Lady Gaga, Freddy Mercury, Jhon Kei dan Mak Lampir jadi satu!! Iman saya dan keluarga saya dah kuat koq!” Tapi sekian tahun ke depan, tiba-tiba ada anak tetangga kita yang kecanduan pornografi, lalu tidak tahan, dan akhirnya memperkosa anak perempuan kita.. Atau ada orang yang mabuk karena alkohol dan narkoba, lalu menabrak seluruh keluarga kita yang sedang jalan-jalan di trotoar.. Atau anak perempuan kita hilang, diculik sindikat yang menjualnya ke prostitusi.. Atau anak lelaki anda disodomi keluarga jauh anda.. Atau seorang pecandu merampok dan membunuh anda karena butuh uang untuk beli sabu.. Sama seperti banjir, ekses negatif dari perbuatan maksiat, tidak akan pernah pilih-pilih siapa korbannya, baik anda berbuat maksiat atau tidak..
Benar, bahwa kita tidak salah 100%, tapi, sebenarnya, kita tetap punya andil dalam hal itu. Kita sukses memperkuat iman keluarga kita, tapi kita abai dengan lingkungan kita. Itulah kenapa dalam Islam ada seruan: “amar makruf, nahi munkar”. Menyeru kepada kebajikan, mencegah kemungkaran. Jika kita mengabaikan kemunkaran di lingkungan kita, dengan prinsip: “urus dosa masing-masing”, yakinlah, cepat atau lambat, kita akan memetik hasilnya…
Masih enggan untuk amar makruf nahi munkar?
“Beri saya 10 media massa, maka saya akan merubah dunia..”
Saat ini, sungguh naif jika kita percaya media mainstream akan memberikan opini yang netral dan berimbang terhadap semua hal. Mereka akan memberikan opini yang sesuai dengan kepentingan sang pemilik (gimana kalo pemiliknya adalah Ryan Jagal?). Sungguh sangat berbahaya jika kita menganggap semua yang diberitakan media adalah berita yang 100% benar, tanpa berusaha mengkritisi dan mencari berita dari sudut pandang lain sebagai penyeimbang. Yuk, kita kritisi kata-kata bijak penutup ini..
“Menonton atau membaca pornografi, kekerasan, atau apapun tidak akan mempengaruhi saya. Toh semua manusia dibekali filter untuk menyaring, dan otak untuk berfikir. Jadi mau saya baca atau tonton ribuan kali pun , tidak akan merubah pendirian saya.. Satu kali nonton konser lady Gaga tidak akan membuat yg nonton jd pemuja setan dan lesbian kan?”
Hohohoho.. Yuk kita bandingkan keadaan sekarang dan keadaan 20 tahun yang lalu, tahun 80-90an. Zaman dulu, seks bebas di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya. Untuk kaum remaja saat itu, bergandengan tangan di depan umum saja, sudah menimbulkan ledekan yang membuat sang pelaku ingin menceburkan diri ke selokan terdekat. Lihat anak-anak sekarang? Mungkin anda sendiri yang dengan sukarela akan menceburkan diri ke selokan terdekat saat melihat gaya mereka berpacaran. Bahkan sekarang mereka dengan senang hati menyebarkan prilaku mereka dalam bentuk video yang jumlahnya mulai menyaingi produksi film porno Amerika dalam setahun.. Kenapa bisa bergeser? Apa anda kira para orang tua dan guru lah yang menanamkan dogma: “Anakku, kamu harus rajin-rajin seks bebas yaa, biar dapat rangking.. Yuk kita memasyarakatkan seks bebas dan menseks bebaskan masyarakat..”?
Jadi, siapa yang mengajari mereka? Jawabannya sederhana: media massa. Selama berpuluh-puluh tahun mereka menggempur otak bawah sadar kita dengan berbagai film, buku, berita, cerita, sinetron, dan lain-lain yang secara sangat halus menyiratkan: “Seks bebas itu hal yang biasa aja cooy.. Anak gaul, malu dong jika masih perawan di usia 18. Tuh, banyak artis idola kamu yang melakukannya.” Memang benar 1000 kali membaca, atau 1x nonton Lady Gaga belum tentu merubah kita.. Tapi, pesan-pesan itu ditanamkan selama berpuluh-puluh tahun, dalam bentuk jutaan pesan per tahun, dari berbagai arah, terhadap anda dan keluarga anda. Yakin anda dan keluarga anda tidak terpengaruh sedikitpun?
Siapa yang paling mudah bobol? Tentu saja anak anda. Anda kira, kenapa iklan McDonald dan rokok mengarah kepada anak-anak dan remaja? Karena merekalah berada dalam fase yang labil dan paling mudah dipengaruhi, dibandingkan orang tuanya. Saat mereka menjadi dewasa dan lebih bijaksana, rokok, junkfood dan seks bebas itu sudah menjadi kebiasaan mereka, candu mereka, sehingga mereka akan sangat sulit meninggalkannya, walau akhirnya paham kerusakan macam apa yang ada dibaliknya.
“Tetap ngga ngaruh maaas, iman gue kan KW1″ Mungkin. Tapi, sedikit banyak, anda akan terpengaruh. Anda akan menjadi permisif: “Biar ajalah orang lain melakukannya, yang penting aku tidak.. Toh banyak yang melakukan, dan itu bukan urusanku”. Itulah yang menjadi target selanjutnya: menanggalkan kontrol sosial anda.. Jika laju ‘cuci otak’ ini terus berlanjut, sepuluh tahun ke depan, jangan heran jika akhirnya kitalah yang mengekspor video porno ke Amerika dan masyarakat Amerika lah yang nonton konser Iwak Peyek Tour 2022..
“Jangan melihat siapa yang mengatakan dong. Kalau mau mengkritisi, kritisi gagasannya, kata-katanya, fikirannya. Jangan kritisi pribadi dan kelakuannya (bahasa alaynya: ad hominem).”
Oalaaah.. Saya beri contoh kasus ringan. Misalnya, kata-kata ini diucapkan dua orang yang berbeda: “Saya akan memajukan bangsa Indonesia. Saya akan berjuang menciptakan budaya bebas korupsi, pola hidup sederhana, dan mengikis habis kebohongan birokrat dan legislatif” Yang pertama, diucapkan oleh Buya Hamka. Satu lagi, diucapkan Angelina Sondakh. Saya rasa, yang pertama membuat anda manggut-manggut percaya, dan yang kedua membuat anda setengah mati menggigit bibir, lalu terguling karena tertawa terbahak-bahak.. Kenapa kata-kata yang sama persis, dengan nada sama persis, tapi diucapkan oleh dua orang yang berbeda, hasilnya bisa berbeda? Setiap kata-kata, sebijak apapun, selalu ada motif dibaliknya. Dan motif itu, sangat terkait dengan pribadi orang yang mengucapkannya. Jadi, kenapa kita tidak boleh mengkritisi pribadi yang mengucapkannya?
Jika anda ingin minta pendapat tentang gaya rambut, anda bertanya kepada penata rambut, atau ke tukang las? Jika saya bilang “lha masa tukang las mengerti soal gaya rambut”, apa itu ad hominem?
Kasus Irshad Manji adalah contoh lain yang gamblang tentang hal itu. Dia dibesar-besarkan media sebagai seorang reformis muslim yang berusaha mencerahkan umat Islam. Tapi di dalam bukunya, ia membantah prinsip-prinsip Islam sendiri dengan cara mempromosikan lesbian, gay dan transgender, menghina jilbab, bahkan meragukan kesempurnaan Al Quran.. Jika kita mengkritisi pribadinya yang lesbian (dan tentu saja ia akan berjuang keras agar lesbian dihalalkan dalam Islam) dan mengkritisi sikapnya yang meragukan Al Quran, di mana salahnya? Bukankah kita memang selalu menilai siapa yang berbicara, bukan hanya apa yang ia ucapkan? Bagaimana mungkin dia seorang muslim, jika ia meragukan Al Quran? Itu kan sama saja dgn ia mengaku lesbian, sambil menyatakan lagi jatuh cinta dgn Rhoma Irama.. Lha kenapa jika kami meragukan keislamannya, tiba-tiba muncul teriak-teriak histeris “Ad hominem! Ad hominem!?”
Nah, kata bijak terakhir ini, mungkin adalah yang paling masuk akal, dan paling sulit dibantah. Tapi mungkin juga, inilah kata-kata bijak yang paling koplak..
“Di masyarakat yang plural ini, janganlah ada pemaksaan kehendak. Biarlah setiap orang melakukan pilihannya sendiri, tanpa paksaan. Sesuatu yang dipaksa itu pasti tidak baik. Nilai yang dianut setiap orang berbeda, jadi jangan paksakan nilai yang kamu anut terhadap orang lain.. Jangan jadi tirani mayoritas..”
Sulit membantahnya kan?
Pertama-tama, saya tanya dulu: apakah sebagian besar dari kita memang dengan sukarela masuk kerja jam 8 dan pulang jam 5 atau bahkan lembur? Apakah memang kita yang memohon-mohon agar jatah cuti kita setahun cukup dua minggu? Apa anda memang luar biasa ikhlas dengan jumlah gaji anda sekarang? Jika tidak, kenapa anda tidak coba mengatakan kepada atasan anda sekarang:”Maaf pak, sebenarnya saya menganut paham bahwa kerja itu hanya 3 jam sehari, cuti 6 bulan dalam setahun, dengan gaji minimal 30 juta. Jadi, jangan paksakan kehendak bapak..”
Apa anda dulu saat remaja belajar dengan sukarela, ikhlas bin legowo?
Semua hukum dan undang-undang, apalagi dalam alam demokrasi, pada prinsipnya, adalah pemaksaan kehendak, dari sebagian besar masyarakat yang sepakat, kepada masyarakat lainnya yang tidak sepakat. Memangnya semua orang setuju dengan UU tentang Narkotika? Atau UU tentang Korupsi? Atau bahkan UU Pajak? Apa anda kira semua wajib pajak memang sudah gatal setengah mati ingin membayar pajak sebesar itu? Lha kenapa kaum liberal ga pernah menjerit-jerit di jalanan: “Jangan paksakan kehendak! Biarkan mereka bayar pajak seikhlasnya..”
Jadi kenapa, saat ada penduduk di suatu daerah setuju untuk memberlakukan perda anti prostitusi, perjudian dan miras, dengan hukuman cambuk bagi pelakunya, kaum liberal tiba-tiba lantang berteriak “Itu melanggar HAM!”. Anda kira memenjarakan orang itu tidak melanggar HAM nya untuk hidup bebas merdeka? Dan kenapa, ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi berusaha disahkan, tiba-tiba saja prinsip demokrasi berdasar suara terbanyak dianggap sebagai tirani mayoritas? Jika memang begitu, ga ada salahnya dong jika para pecandu narkoba dan miras ramai-ramai naik xenia untuk demo di jalanan dan berteriak “Jangan jadi tirani mayoritas! Kalian sudah melanggar HAM kami untuk ajeb-ajeb sampai pagi..”.
Jika saja setiap undang-undang harus disepakati semua orang dulu baru bisa disahkan, maka kita tidak akan pernah punya undang-undang satu pun. Yang tidak boleh, adalah memaksa dengan kekerasan. Jika sudah banyak yang setuju, dan memang UU itu demi kebaikan bersama (sama seperti kita dipaksa belajar saat remaja), di mana salahnya?
Penutup
Jujur, saya tidak membenci orang-orang liberal. Beberapa teman-teman dekat saya adalah orang liberal. Dan saya tahu, beberapa dari mereka, memang yakin bahwa yang mereka perjuangkan adalah demi kebaikan bangsa.. Tapi, banyak juga di antara mereka yang hanya ingin menciptakan lingkungan yang tepat, untuk melampiaskan nafsu mereka..
Tapi, saya koq sama sekali tidak sreg melihat arah menuju kebebasan yang mulai sangat kebablasan ini. Lihat generasi muda kita. Terus terang, jika melihat gang motor melintas yang membuat saya ngeri, video porno remaja yang terbit seminggu sekali, anak-anak SD di warnet yang saling memaki sambil mendownload lagu “selinting ganja di tangaaan…”, remaja yang membentak ibunya, siswa SMP menjual diri demi beli handphone, dan penjual narkoba yang jauh lebih banyak daripada indomaret, saya kadang-kadang pingin kemas-kemas dan pesan tiket ojek sekali jalan ke Timbuktu. Bukan ini lingkungan yang saya bayangkan bagi saya dan anak-anak saya kelak.. Dan saya bisa bayangkan masa depan negara kita jika para remaja yang seperti ini yang menjadi para pemimpin kita kelak..
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Mengharapkan media mainstream untuk mendidik remaja kita, sama saja seperti mengharapkan Lady Gaga mengisi kuliah subuh. Mereka lah yang menolak paling keras dan berjuang menggiring opini masyarakat setiap kali kita ingin negara mengendalikan mereka. Kadang-kadang, saya merasa, mereka lah yang menjadi lembaga superbody. Dan ingatlah: para wartawan media, adalah karyawan, yang tunduk pada kehendak majikan mereka.
Jurnalisme warga seperti kompasiana, forum-forum seperti kaskus, blog-blog, dan media-media online lainnya, mungkin itulah satu-satunya harapan kita di masa depan. Sulit melawan media mainstream? Jelas, jika dilakukan sendirian. Tapi, saya yakin, banyak orang-orang yang memiliki nurani di luar sana yang, saya harap, bersedia menyeimbangkan dan memulihkan cuci otak masyarakat dari pengaruh yang telah media massa berikan. Ingatlah, revolusi raksasa yang merubah bangsa Arab sudah membuktikan, bahwa kekuatan jurnalisme warga yang bersatu bahkan mampu menumbangkan para pemimpin yang didukung salah satu negara terkuat di dunia. Demi hidup kita, dan hidup anak-anak kita, apa itu bukan sesuatu yang pantas diperjuangkan?
Orang-orang yang mencari kebenaran itu, seperti air.. Jika dihadang, ia berbelok. Dibendung, ia akan merembes. Bahkan jika dibendung dengan menggunakan beton dalam bendungan raksasa, ia akan menguap.. Ia tidak akan pernah lelah mencari jalannya…”
Oleh : Dian Jatikusuma
Red : Catalist Fist

Software Untuk Report Otomatis Blog Penghina Islam



Ikhwan-ikhwan fillah, Alhamdulillah sekarang ada software untuk mereport / melaporkan blog-blog yang isinya menghina islam kepada pihak blogger (blogspot.com) agar segera dihapus. Blog yang dapat dilaporkan hanya blog yang bersubdomain "blogspot.com". Software ini bernama BReFo (Blog Report Flooding of google) yang dibuat oleh akhi ashaburayatisud. Software ini dapat mengirimkan laporan secara otomatis dan terus-menerus ke pihak blogger untuk menghapus blog penghina islam. Software BReFo ini hanya bisa digunakan untuk menreport blog-blog yang menghina islam yang terdapat pada database yang dimilikinya dan Insya Allah akan terus ditambah. Ayo umat muslim kita hancurkan dan hapus bersama-sama blog yang menghina dien kita dari dunia maya ini selama-lamanya.


Berikut blog-blog bermasalah tersebut:


http://trulyislam.blogspot.com/

http://mengkaji-islam.blogspot.com/

http://jiwaku.blogspot.com/

http://exmuslim.blogspot.com/

http://islamexpose.blogspot.com/

http://islammurtad.blogspot.com/

http://prestasi-muhammad.blogspot.com/

http://islamfobia.blogspot.com/

http://anti-islam.blogspot.com/

http://penghinaislam.blogspot.com/


-------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------



Download BReFo via Enterupload



Download BReFo via ZippyShare



Download BReFo via Ziddu


Penjelasan Kaidah Dalam Memahami Tauhid Dan Syirik [9-Tamat]


القاعدة الرابعة

أن مشركي زماننا أغلظ شركا من الأولين لأن الأولين يشركون في الرخاء ويخلصون في الشدة، ومشركو زماننا شركهم دائما في الرخاء والشدة، والدليل قوله تعالى}: فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ ) { العنكبوت آية 65. (

Kaidah yang keempat:
Bahwa kaum musyrikin pada zaman kita ini lebih besar kesyirikannya dari pada (kaum musyrikin) terdahulu, karena (kaum musyrikin) dahulu berbuat syirik (ketika) keadaan senang dan mereka ikhlas dalam keadaan susah. Sementara kaum musyrikin zaman kita, kesyirikan mereka terus-menerus dalam keadaan senang maupun susah, dan dalilnya adalah firman Alloh -subhanahu wa ta’ala-:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai kedarat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Alloh).” (Al Ankabut: 65)[1]

[1] SYARAH:
Kaidah keempat dan terakhir: Bahwa kaum musyrikin pada zaman kita ini lebih besar kesyirikannya dari pada (kaum musyrikin) terdahulu yang Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- diuitus kepada mereka.
Adapun sebabnya telah jelas, Allah subhanah wa ta’ala mengabarkan bahwa kaum musyrikin terdahulu ikhlas kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- ketika mengalami kesusahan dan tidak berdoa kepada selain Allah -subhanahu wa ta’ala-, karena mereka tahu tidak ada yang dapat melepaskan seseorang dari kesusahan kecuali Allah -subhanahu wa ta’ala-, sebagaimana dinyatakan oleh Allah -subhanahu wa ta’ala-:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الْضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya dilautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkanmu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (Al Isra’: 67)
Dalam ayat yang lain:

وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikanketaatan kepada-Nya”; yaitu mengikhlaskan doa pada-Nya.”(Al Ankabut: 76)

وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ

“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus.” (Luqman: 32)
Dan dalam ayat yang lain:

فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (Al Ankabut: 65)
Orang-orang musyrikin terdahulu berbuat syirik (ketika) mereka dalam keadaan senang. Mereka berdoa kepada berhala, batu-batu dan pohon-pohon. Adapun ketika terjatuh dalam kesusahan dan hampir mengalami kehancuran, mereka tidak berdoa kepada berhala, tidak pada pohon, tidak pula pada batu dan mahluk apapun –mereka- hanya berdoa kepada Allah-subhanahu wa ta’ala- saja. Maka, jika tidak ada yang dapat melepaskan seseorang dari kesusahan kecuali Allah -subhanahu wa ta’ala-, bagaimana berdoa kepada selain-Nya dalam keadaan senang ???
Sementara kaum musyrikin pada zaman sekarang yakni orang-orang mutaakhirin yang melakukan kesyirikan dari umat Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam- ini, sesungguhnya kesyirikan mereka terus –menerus baik dalam keadaan senang maupun susah. (Ketika senang) mereka tidak mengikhlaskannya untuk Allah -subhanahu wa ta’ala- tidak pula dalam keadaan susah. Bahkan tatkala bertambah kesusahan mereka, bertambah pula kesyirikan dan panggilan mereka kepada Hasan, Husain, Abdul Qadir, Rifa’i serta selain itu, dan ini adalah perkara yang telah diketahui. Disebutkan pula oleh mereka terjadinya keajaiban dilautan, bahwa ketika mengalami perkara yang susah mereka memanggil nama-nama para wali dan orang-orang shalih serta beristighotsah kepada mereka, karena para da’i kebathilan dan kesesatan berkata kepada mereka: “Kami menyelamatkan kalian dari lautan, maka jika kalian tertimpa sesuatu panggillah nama-nama kami, kami akan menyelamatkan kalian.” Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari syaikh-syaikh Tariqat Sufiyyah. Jika kalian mau, bacalah “Thabaqat Sya’rani”, maka didalamnya akan terdapat (cerita-cerita) yang membuat gemetar kulit-kulit tentang apa yang dinamakan karamahnya para wali, bahwa mereka menyelamatkan dari lautan. Tangan mereka menjulur kelautan dan membawa kapal semuanya lalu mengeluarkannya ke darat sementara tidak basah lengan-lengannya, dan selain itu dari kebathilan dan khurafat mereka. Maka mereka terus-menerus melakukan kesyirikan baik dalam keadaan senang maupun susah, bahkan kesyirikan mereka lebih besar dibanding kaum musyrikin terdahulu.
Dan juga sebagaimana dikatakan oleh Syaikh (Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah-) dalam kitab “Kasyfu Syubhat”; “Sisi yang lain, bahwasanya kaum musyrikin dahulu menyembah orang-orang shalih dari kalangan malaikat, para nabi dan para wali –sedangkan (kaum musyrikin sekarang)- mereka menyembah manusia yang paling jahat, dalam keadaan mereka mengetahui hal itu. (Mereka menyembah) orang yang mereka namakan Al Aqthab dan Al Aghwaats, padahal mereka itu tidak shalat, tidak berpuasa, serta tidak menjaga diri dari zina, liwath (homo sex) dan perbuatan keji (lainnya). Karena –menurut persangkaan mereka- (Al Aqthab dan Al Aghwaats) tidaklah memiliki taklif (beban syariat), sehingga tidak ada (baca: tidak berlaku) halal dan haram bagi mereka, karena halal dan haram hanyalah untuk orang awam. Mereka mengetahui bahwa peminpin mereka tidak shalat, tidak berpuasa, dan tidak menjaga diri dari perbuatan keji, namun bersamaan dengan itu mereka menyembahnya. Bahkan mereka menyembah manusia yang paling keji: seperti Al Hallaj, Ibnu Arabi, Rifa’i, Badawi dan selain mereka.
Syaikh -rahimahullah- membawakan dalil bahwa musyrikin mutaakhirin (zaman ini) lebih besar dan lebih keras kesyirikannya dari pada (musyrikin) terdahulu, karena (musyrikin) dahulu mereka ikhlas (kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-) dalam keadaan susah dan berbuat syirik dalam keadaan senang, beliau berdalil dengan firman Allah -subhanahu wa ta’ala-:
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Al Ankabut: 65)
Mudah-mudahan shalawat dan salam Allah -subhanahu wa ta’ala- atas Nabi kita Muhammad-shallallahu’alaihi wa sallam-, keluarga serta seluruh sahabatnya.

و الحمد لله رب العالمين

Penjelasan Kaidah Dalam Memahami Tauhid Dan Syirik [8]


ودليل الشمس والقمر قوله تعالى} وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ  {فصلت آية 37.

ودليل الملائكة قوله تعالى: {  وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَن تَتَّخِذُواْ الْمَلاَئِكَةَ وَالنِّبِيِّيْنَ أَرْبَاباً } (آل عمران آية 80. )

ودليل الأنبياء قوله تعالى } :  وَإِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ{   ) المائدة آية 116(.

ودليل الصالحين قوله تعالى } : أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ) { الإسراء آية 57. (

ودليل الأشجار والأحجار قوله تعالى: {  أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى } (النجم الآيتان: 19، 20 ،)

وحديث أبي واقد الليثي  قال: { خرجنا مع النبي  إلى حنين ونحن حدثاء عهد بكفر وللمشركين سدرة يعكفون عندها وينوطون بها أسلحتهم يقال لها ذات أنواط فمررنا بسدرة فقلنا يا رسول الله اجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط } (الحديث)

Adapun dalilnya (bahwa ada diantara kaum musyrikin yang beribadah kepada) matahari dan bulan adalah firman Alloh -subhanahu wa ta’ala-:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan.” (Fushilat: 37)[1]
Dan dalilnya (bahwa ada diantara kaum musyrikin yang beribadah kepada) malaikat adalah firman Alloh -subhanahu wa ta’ala-:

وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَن تَتَّخِذُواْ الْمَلاَئِكَةَ وَالنِّبِيِّيْنَ أَرْبَاباً

“Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan.”(Ali Imran: 80)[2]
Dan dalilnya (bahwa ada diantara kaum musyrikin yang beribadah kepada) para Nabi adalah firman Alloh -subhanahu wa ta’ala-:

وَإِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ

Dan ingatlah ketika Alloh berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Alloh?” ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.” (Al Maidah: 116)[3]
Dan dalilnya (bahwa ada diantara kaum musyrikin yang beribadah kepada) orang-orang shalih adalah firman Alloh -subhanahu wa ta’ala-:

أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوراً

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Alloh) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Al Isra’: 57)[4]
Dan dalil (bahwa ada diantara kaum musyrikin yang beribadah kepada) batu-batu dan pohon-pohon adalah firman Alloh -subhanahu wa ta’ala-:

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى  وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Alloh)? (An Najm: 19-20)[5]
Dan haditsnya Abi Waqid Al Laitsi radhiyAllohu’anhu dia berkata:
“Kami keluar bersama Nabi -shallAllohu’alaihi wa sallam- ke Hunain dan saat itu kami baru saja lepas dari kekafiran (baru masuk Islam-pent). Orang-orang musyrik mempunyai pohon yang mereka beri’tikaf di sana serta menggantungkan senjata-senjata mereka padanya yang dinamakan Dzatu Anwaath, lalu kami melewati sebuah pohon, kemudian kami berkata: Wahai Rasulullah buatkan bagi kami Dzatu Anwaath sebagaimana mereka mempunyai Dzatu Anwaath …al hadits.[6]


[1] SYARAH:
(Ini) menunjukkan bahwa (di antara mereka) ada yang sujud kepada matahari dan bulan. Oleh karena itu Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- melarang shalat ketika matahari terbit dan terbenamnya dalam rangka menutup jalan (kesyirikan, ed) ke arah tersebut. Karena ada orang yang sujud kepada matahari ketika terbit dan terbenamnya, maka kita dilarang shalat pada dua waktu itu. Meskipun shalat tersebut untuk Allah -subhanahu wa ta’ala-, namun karena shalat pada waktu itu menyerupai perbuatan orang-orang musyrik, (maka kita) dilarang darinya dalam rangka menutup jalan yang dapat menghantarkan kepada kesyirikan. Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- datang dengan larangan terhadap kesyirikan serta menutup jalan yang menghantarkan kesana.
[2] SYARAH:
Menunjukkan bahwa ada yang menyembah malaikat dan para Nabi, dan sesungguhnya hal itu adalah termasuk syirik.
Para penyembah kubur pada hari ini menyatakan: Bahwa orang yang menyembah malaikat, para nabi serta orang-orang yang shalih tidaklah kafir.
[3] SYARAH:
Ini merupakan dalil bahwa ibadah kepada para nabi adalah syirik sebagaimana ibadah kepada berhala.
Di dalamnya terdapat bantahan atas orang yang membedakan hal itu, dari kalangan penyembah kuburan.
Juga bantahan bagi mereka yang menyatakan: Bahwa syirik itu adalah menyembah berhala (saja). Menurut mereka tidaklah sama antara orang yang menyembah berhala dengan orang yang menyembah wali atau orang shalih. Mereka mengingkari persamaan diantara mereka, dan menyangka bahwa syirik itu terbatas pada penyembahan kepada berhala saja. Maka ini termasuk kesalahan yang nyata dari dua sisi:
  • Sisi pertama: Bahwa Allah -‘azza wa jalla- mengingkari semuanya dalam Al Qur’an, dan memerintahkan untuk memerangi mereka seluruhnya.
  • Sisi kedua: Bahwa Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- tidak membedakan antara penyembah berhala dengan penyembah malaikat atau orang shalih.
[4] SYARAH:
Merupakan dalil bahwa ada orang yang beribadah kepada orang shalih dari kalangan manusia. Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).”
Dikatakan: ayat ini turun kepada orang yang menyembah Al Masih -‘alaihissalam- dan ibunya, serta Uzair. Lalu Allah -subhanahu wa ta’ala- mengabarkan bahwa Al Masih -‘alaihissalam- dan ibunya yaitu Maryam, serta Uzair –mereka semua- adalah hamba-hamba Allah -‘azza wa jalla-. Mereka mendekatkan diri kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- dan mengharap rahmat-Nya serta takut terhadap adzab-Nya. Mereka adalah hamba yang butuh kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- dan memerlukan-Nya, berdo’a kepada-Nya serta mencari wasilah kepada-Nya dengan ketaatan.
يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ   “mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka”, yaitu kedekatan terhadap Allah -‘azza wa jalla- dengan taat dan beribadah kepada-Nya. Kemudian (Allah-‘azza wa jalla-) menunjukkan bahwa –mereka itu- tidaklah pantas untuk diibadahi karena mereka adalah manusia yang sangat butuh dan kekurangan, mereka berdoa kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- mengharapkan rahmat-Nya, serta takut akan adzab-Nya. Barangsiapa demikian keadaannya, maka tidaklah pantas untuk diibadahi bersama Allah -‘azza wa jalla-.
Pendapat yang kedua: ayat ini turun terhadap orang-orang musyrik yang menyembah sekelompok jin. Lalu (sekelompok) jin tersebut masuk Islam sementara orang-orang yang menyembahnya tidak mengetahui keislaman mereka. Mereka (sekelompok jin tadi, ed) mendekatkan diri kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- dengan ketaatan dan ketundukan, berharap akan rahmat-Nya serta takut akan adzab-Nya. Mereka adalah hamba yang membutuhkan dan fuqara’, sehingga tidak pantas untuk diibadahi.
Dan apapun yang dimaksukan dari ayat yang mulia ini, sesungguhnya ayat itu menunjukkan bahwa tidak boleh beribadah kepada orang-orang shalih, sama saja apakah mereka para Nabi dan shidiqin, atau para wali dan orang-orang shalih. Tidak boleh beribadah kepada mereka, karena semuanya adalah hamba Allah yang butuh kepada-Nya, maka bagaimana mereka itu diibadahi bersama Allah?
Wasilah artinya taat dan dekat. Menurut bahasa, wasilah adalah sesuatu yang menyampaikan kepada yang dimaksud (dituju). Maka sesuatu yang menyampaikan (kita) kepada keridhaan Allah dan surga-Nya, adalah wasilah kepada Allah, dan ini adalah wasilah yang disyariatkan, sebagaimana dalam firman Allah -subhanahu wa ta’ala-:

وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ

“Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.” (Al Maidah: 35)
Adapun muharrifun (orang-orang yang menyelewengkan makna) menyatakan: Wasilah adalah engkau menjadikan (sesuatu sebagai) perantara antara kamu dan Allah dari kalangan wali-wali, orang shalih dan orang-orang yang sudah meninggal. Engkau menjadikan mereka sebagai perantara antara kamu dengan Allah -subhanahu wa ta’ala- untuk mendekatkan dirimu kepada-Nya:

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Kami tidak meyembah mereka melaikan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Az Zumar: 3)
Maka pengertian wasilah menurut muharrifunEngkau menjadikan sesuatu sebagai perantara antara kamu dengan Allah (untuk) mengenalkanmu kepada Allah menyampaikan keperluanmu kepada-Nya, seakan-akan Allah itu tidak tahu, atau seakan-akan Allah itu bakhil, tidak akan memberi kecuali setelah didesak oleh seorang perantara. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan. Mereka menyamakan Allah dengan manusia. Kemudian mereka berkata, Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al Isra’: 57)
(Ini) menunjukkan bahwa, menjadikan makhluk sebagai perantara kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- adalah perkara yang disyariatkan, karena Allah -subhanahu wa ta’ala- memuji pelakunya. Dalam ayat yang lain Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Al Maidah: 35)
Mereka berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk mengambil wasilah kepada-Nya, dan pengertian wasilah adalah perantara.” Demikianlah, mereka menyelewengkan kalimat dari tempatnya.
Sedangkan wasilah yang disyariatkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah yaitu dengan ketaatan yang mnedekatkan kepada Allah, yakni bertawassul (mengambil Wasilah) kepadaNya dengan nama-nama-Nya dan Sfat-sifat-Nya. Inilah wasilah yang disyariatkan. Adapun tawassul dengan mahluk kepada Allah, maka hal ini adalah wasilah yang dilarang dan syirik, dan itulah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dahulu.

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (Yunus: 18)

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain dari pada Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Az Zumar: 3)
Dari sini, maka kesyirikan orang-orang terdahulu dan yang terakhir –sama saja- meskipun mereka menamakannya wasilah, tetap saja dia syirik yang sebenarnya, dan itu bukan wasilah yang disyariatkan oleh Allah, karena Allah tidak menjadikan kesyirikan sebagai wasilah kepada-Nya –selamanya-. Dan bahwa syirik itu justru akan menjauhkan (diri kita) dari Allah.

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka Allah pasti akan mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al Maidah: 72)
Maka bagaimana syirik itu dijadikan sebagai wasilah kepada Allah???, Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan.
Syahid (Penguat) dari ayat ini adalah, ayat ini menunjukkan bahwa di sana ada orang musyrik yang beribadah kepada orang shalih, karena Allah menerangkan hal itu, dan menerangkan bahwa yang mereka sembah adalah hamba yang faqir.
يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ   yaitu mendekatkan diri kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- dengan ketaatan.
أَيُّهُمْ أَقْرَبُ   yaitu berlomba-lomba dengan ibadah kepada Allah karena butuhnya mereka kepada Allah dan keperluan mereka.
وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ  “Dan menharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya.” Maka barangsiapa keadaannya demikian, tidak pantas untuk menjadi sesembahan yang diseru dan diibadahi bersama Allah -‘azza wa jalla-.
[5] SYARAH:
Ayat ini merupakan dalil bahwa ada orang-orang musyrik yang beribadah kepada batu-batu dan pohon-pohon.
Firman Allah: أَفَرَأَيْتُمُ “Maka apakah patut” ini adalah pertanyaan pengingkaran, yaitu: kabarkan kepada-Ku; merupakan pertanyaan pengingkaran dan celaan.
اللَّاتَ dengan mentahfif ta’: adalah nama berhala di daerah Thaif, yaitu sebuah batu besar yang diukir, di atasnya dibangun rumah dan padanya ada sitar menyerupai Ka’bah. Di sekelilingnya terdapat lapangan, dan di sisinya ada penjaga (juru kunci). Mereka beribadah kepadanya selain Allah. Berhala ini milik kaum Tsaqif dan qabilah-qabilah yang loyal kepada mereka, dan bangga dengannya.
Dan dibaca  dengan mentasydid ta’, adalah ismul fa’il dari [. . .] dia adalah seorang laki-laki shalih yag dulunya mengadoni tepung dan memberi makan orang-orang yang haji. Tatkala dia meninggal, mereka membangun rumah diatas kuburnya, kemudian menutupnya dengan sitar (kelambu). Lalu mereka beribadah kepadanya, dialah Laata.
وَالْعُزَّى Al Uzza adalah pohon dari As Salam di lembah Nahlah antara Makkah dan Thaif. Di sekitarnya terdapat bangunan dan kelambu, dan di sisinya ada juru kunci. Di situ ada setan yang berbicara dengan manusia, sehingga orang-orang yang bodoh menyangka bahwa yang mengajak bicara mereka adalah pohon tersebut atau rumah yang mereka bangun di sana. Padahal yang berbicara dengan mereka adalah setan-setan yang menyesatkan mereka dari jalan Allah -‘azza wa jalla-. Berhala ini milik kaum Quraisy dan penduduk Makkah serta orang-orang di sekitarnya.
وَمَنَاةَ Mannah adalah sebuah batu besar yang terletak di dekat gunung Qudid antara Makkah dan Madinah. Berhala ini milik suku Khuza’ah, Aus dan Khazraj. Mereka berihram di sisinya ketika haji, dan mengibadahinya.
Tiga berhala ini merupakan berhala terbesar bangsa Arab.
Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (An Najm: 19-20)
Apakah berhala tersebut mencukupi kalian? Apakah memberi manfaat kepada kalian? Apakah menolong kalian? Apakah berhala itu mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan? Apa yang kalian peroleh darinya? Ini termasuk bab pengingkaran dan peringatan bagi akal untuk kembali kepada petunjuk-Nya. Dia hanyalah batu besar dan pohon yang tidak dapat memberikan manfaat dan bahaya.
Maka tatkala Allah -subhanahu wa ta’ala- mendatangkan Islam dan Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- berhasil menguasai Makkah yang dimuliakan, Beliau -shallallahu’alaihi wa sallam- mengutus Al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu’anhu dan Abu Sufyan bin Harb radhiyallahu’anhu menuju Al Laata di Thaif, kemudian mereka menghancurkannya atas perintah Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-. Beliau -shallallahu’alaihi wa sallam- juga mengutus Khalid bin Walid radhiyallahu’anhu ke Al Uzza, lalu dia menghancurkannya, menebang pohon-pohon serta membunuh jin perempuan yang ada disitu yang berbicara dengan manusia dan menyesatkan mereka. Khalid bin Walidradhiyallahu’anhu menghilangkannya hingga tak tersisa –Alhamdulillah-. Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- mengutus Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu ke Manat, lalu dia menghancurkan dan menghilangkannya. Berhala itu tidak dapat menyelamatkan dirinya, maka bagaimana dia dapat menyelamatkan keluarga dan penyembahnya ???

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (An Najm: 19-20)
Kemana dia pergi? Apakah dia memberi manfaat kepada kalian? Apakah dirinya bisa menghalangi tentara Allah -‘azza wa jalla- dan pasukan muwahhidin (ahli tauhid)?
Maka ayat ini menunjukkan bahwa di sana ada yang menyembah pohon-pohon dan batu-batu, bahkan ketiga berhala tersebut adalah berhala terbesar mereka. Bersamaan dengan ini Allah -subhanahu wa ta’ala- menghilangkan wujudnya, sementara dia tidak dapat menghindar darinya dan tidak pula memberi manfaat kepada keluarga (pengikutnya). Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- menyerang dan memerangi mereka, namun berhala-berhala itu tidak dapat menghalanginya.
Maka Syaikh -rahimahullah- berdalil dengan ayat ini bahwa di sana ada yang menyembah batu-batu dan pohon-pohon. Subhanallah! Manusia yang berakal menyembah pohon-pohon dan batu-batu yang tidak bernyawa, tidak memiliki akal, gerakan serta kehidupan, lalu dimana akalnya manusia? Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan –‘uluwwan kabira-.
[6] SYARAH:
Dari Abi Waqid Al Laitsi radhiyallahu’anhu dan yang masyhur beliau termasuk sahabat yang masuk Islam pada waktu fathul Makkah tahun ke delapan Hijrah.
Al Anwath adalah bentuk jamak dari nauth (gantungan), yakni tempat gantungan dimana mereka menggantungkan senjata-senjata mereka padanya untuk mencari berkah dengannya. Lalu berkata sebagian sahabat yang baru masuk Islam dan belum mengetahui tauhid secara sempurna “Buatkan bagi kami Dzatu Anwaath sebagaimana mereka mempunyai Dzatu An Waath.” Ini adalah termasuk jeleknya taqlid dan tasyabbuh (meniru-niru), dan sebesar-besarnya kejelekan. Maka ketika itu Nabi -shallallahu’alaihi wa sallam- takjub (heran) dan mengucapkan:
“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar”! Jika ada sesuatu yang menakjubkan atau mengingkari sesuatu, beliau -shallallahu’alaihi wa sallam- bertakbir atau mengucapkan: “Subhanallah“ dan mengulang-ulangnya.
[السبل] yaitu jalan-jalan yang ditempuh oleh manusia dimana sebagian mengikuti sebagian lainnya. Maka sebab yang membawa kalian atas perbuatan ini adalah mengikuti jalannya orang-orang terdahulu dan meniru kaum musyrikin.
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya kalian telah menyatakan sebagaimana Bani Israil berkata kepada Musa “buatkan bagi kami sesembahan sebagaimana mereka mempunyai sesembahan, Musa menjawab: “Sungguh kalian adalah kaum yang tidak mengerti.”
Tatkala Musa -‘alaihissalam- melewati lautan bersama Bani Israil dan Allah menenggelamkan musuh mereka ke dalam lautan sementara mereka menyaksikannya, mereka melewati orang-orang musyrik yang sedang beri’tikaf pada berhalanya. Lalu mereka berkata kepada Musa -‘alaihissalam-, “Buatkan bagi kami sesembahan sebagaimana mereka mempunyai sesembahan”, maka Musa -‘alaihissalam- menjawab: “Sungguh kalian adalah kaum yang tidak mengerti.” Musa -‘alaihissalam- mengingkari mereka seraya berkata: إِنَّ هَـؤُلاء مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيهِ “Sesungguhnya mereka akan dihancurkan oleh kepercayaan yang dianutnya”, yaitu bathil.
وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ “Dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan”, karena syirik.
قَالَ أَغَيْرَ اللّهِ أَبْغِيكُمْ إِلَـهاً وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ  “Musa menjawab: “Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat.” Musa-‘alaihissalam- mengingkari mereka sebagaimana nabi kita Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam- mengingkari mereka (para shahabat beliau –pent). Tetapi mereka (Bani Israil) dan para sahabat belum mengerjakannya. Seandainya ketika itu (benar-benar) membuat Dzatu Anwaath, sungguh mereka telah berbuat syirik, namun Allah menjaga mereka, sehingga tatkala nabi mereka melarangnya mereka berhenti, dan mengatakan bahwa perkataan ini (bersumber) dari kebodohan dan bukanlah mereka mengucapkannya karena kesengajaan. Ketika mereka tahu bahwa hal itu adalah syirik, maka mereka berhenti dan tidak melakukannya. Seandainya mereka laksanakan, niscaya mereka telah berbuat syirik kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-.
Maka syahid (penguat) dari ayat ini adalah, bahwa di sana ada yang beribadah kepada pohon-pohon, karena orang-orang musyrik mengambil Dzata Anwaath. Para sahabat yang ilmu belum mantap dihati-hati mereka mencoba untuk meniru kaum musyrikin andai saja Allah tidak menjaga mereka dengan Rasul-Nya.
As Syahid: Bahwa disana ada yang mencari berkah kepada pohon-pohon dan beri’tikaf pada-nya. Dan i’tikaf artinya tinggal di sisinya beberapa waktu dalam rangka mendekatkan diri kepadanya, maka i’tikaf adalah tinggal pada suatu tempat.
Ini menunjukkan beberapa permasalahan yang besar:
  1. Masalah pertama: Bahayanya jahil (tidak mengetahui) tauhid. Barangsiapa tidak mengetahui tauhid, pantas baginya jatuh pada kesyirikan, sementara dia tidak mengetahuinya. Maka wajib mempelajari tauhid dan apa yang bertentangan dengannya dari (perbuatan-perbuatan) syirik, sampai manusia itu berada di atas bashirah (ilmu) sehingga tidak datang dari kebodohannya. Apalagi jika dia tidak melihat seseorang mengerjakan kesyirikan tersebut kemudian dia menyangkanya benar dengan sebab kebodohannya. Maka terkandung di dalamnya; bahaya kebodohan, lebih-lebih dalam masalah aqidah.
  2. Masalah kedua: Hadits ini (menunjukkan) bahayanya meniru orang-orang musyrik, karena kadang hal itu dapat mengantarkan kepada kesyirikan. Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda:
    “Barangsiapa yang meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.”
    Maka tidak boleh meniru-niru kaum musyrikin.
  3. Masalah ketiga: Bahwa bertabarruk (meminta berkah) kepada batu-batu dan pohon-pohon serta bangunan adalah syirik, meskipun dinamakan dengan selain namanya. Karena hal itu berarti mencari berkah kepada selain Allah dari batu-batu, pohon-pohon, dan kuburan. Ini adalah syirik meskipun dinamakan dengan nama selain syirik.
Bersambung.. Insya Alloh