Selasa, 18 Juni 2013

Sisi Paling Rahasia Penggempuran Lebanon: Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo Syiah-Shafawiyyah Terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia


trio-satans
Editor dan Penerjemah: Muhammad Ihsan Zainuddin
 "Dari semua yang terungkap dan terbaca, ada banyak rahasia yang tak terketahui. Karena itu, jangan pemah tertipu, mendengar lolongan srigala, menyaksikan musang kenakan sorban, sebab merekalah penipu tercerdik (terlicik-ed) dalam sejarah." (Suara hati sendiri)
Catatan Editor:
Dalam hitungan hari saja, dunia terperangah. Dan seolah tak pernah jemu, seluruh wajah dunia kembali berpaling ke wilayah paling panas di seantero jagat: Palestina dan Libanon. Ada puluhan rudal mungkin yang ditumpahkan ke kepingan wilayah itu, dan kemudian ada puluhan–bahkan mungkin ratusan–nyawa tak berdosa yang melayang, ratusan rumah tempat bernaung nyaris rata dengan tanah, dan gelombang pengungsian lalu menjadi fenomena yang tak terbendungkan.
Hampir bisa dipastikan, bahwa mayoritas jika tidak semua–korban kekejian itu–baik yang meninggal maupun yang harus berlari dengan wajah ketakutan meninggalkan negerinya–adalah sekumpulan manusia yang tidak tahu menahu mengapa orang-orang tercinta mereka harus menjadi korban. Mengapa tempat bernaung yang selama ini mereka bangun bata demi bata harus diremukkan begitu saja. Yah, mereka tidak pernah tahu, setidaknya hingga kini.
Mereka tidak tahu. Dan kita, kaum muslimin di Indonesia pun mungkin tak tahu mengapa Hizbullah Libanon menculik 2 tentara Israel. Tapi ketika Presiden Iran, Ahmadinejad datang ke Indonesia beberapa waktu yang lalu, kita dihinggapi sebuah euphoria yang gempita. Sebagian kita bahkan seperti menyambut seorang pahlawan agung. Kita kagum hanya karena kesederhanaannya... (Memang susah kita ini, karena jarang menemukan pemimpin yang sederhana, maka musang yang berlagak sederhana pun dengan mudah kita percayai...). Apakah kita kagum akan keberanian Iran–yang merupakan representasi kekuatan Syiah abad ini–'melawan' Amerika dalam hal nuklir? Apakah sebagai umat yang selama ini roda peradabannya sedang berada di bawah, kita menganggap 'keberanian' Iran itu sebagai awal kemenangan Islam? Bila jawabannya adalah ya, maka ketahuilah ada banyak hal yang tidak kita ketahui dari semua peristiwa itu.
Dalam terminologi Sunnah, kita saat ini sedang berhadapan dengan sebuah fitnah. Fitnah itu adalah saat berbagai peristiwa berkalut-kelindan satu sama lain, hingga kita terjebak dalam situasi dimana kita kehilangan nalar sehat untuk memilah mana hal dan pernyataan yang harus diapresiasi secara positif dan mana yang tidak. Atau dalam bahasa yang lebih tegas: nalar syar'i kita menjadi tumpul dalam menentukan yang haq dan yang batil. Akibatnya, karena kita merasa sebagai umat yang kalah, segala bentuk perlawanan yang memakai label keummatan, dengan segera kita anggap sebagai pahlawan Islam. Meski sesungguhnya ia tak lebih dari musang berbulu domba!
Tulisan ini sebenarnya adalah pengantar saja terhadap sebuah tulisan yang ditulis untuk menyikapi berbagai 'kekacaubalauan' yang hingga kini terus terjadi di Semenanjung Arabia; secara spesifik di Irak, dan Palestina serta Libanon belakangan ini. Tulisan ini sengaja saya terjemahkan dengan harapan agar kita semua dapat melihat krisis Timur-Tengah itu dengan pandangan yang jernih. Agar simpati yang terkirim tak menjelma menjadi simpati yang sia-sia karena salah alamat (Hmm, bukankah salah alamat jika Anda bersimpati pada musang dan serigala??). Tulisan yang saya maksud adalah: Mengapa Hizbullah Menculik 2 Tentara Israel?; Membaca Tujuan Hakiki di Balik Itu. Ditulis oleh DR. Muhammad Bassam, anggota Dewan Pendiri Rabithah Udaba' al-Syam (Ikatan Sastrawan Syam). Artikel ini dimuat dalam situs www.almoslim.net, edisi 21/6/1427.
Semoga bermanfaat!
kilroywink
MENGAPA HIZBULLAH MENCULIK
2 TENTARA ISRAEL?
Membaca Tuiuan Hakiki di Balik Itu
DR. Muhammad Bassam
 Pada awal tulisan ini, menjadi penting untuk dijelaskan bahwa Israel tidak lebih dari sebuah lembaga Zionis yang 'disisipkan' dalam tubuh wilayah Arab-Islam kita. Dan sang penyusup ini harus dilawan dengan segala cara yang memungkinkan, hingga Palestina dapat dibebaskan seluruhnya, dari ujung laut hingga sungainya. Lembaga Zionis ini tidak lebih dari kanker yang ditanamkan Barat di pusat kawasan Islam demi melanggengkan tujuannya: memecah belah dan menghalangi terwujudnya sebuah kekuatan negara berperadaban yang menjadi Islam sebagai referensi tertingginya. Meskipun kita sangat yakin, bahwa ‘proyek’ Zionis itu akan berjalan menuju kepunahannya sebagai sebuah akibat yang pasti dari Sunnatullah di muka bumi ini.
 Musibah apapun yang menimpa lembaga Zionis itu, dan apapun yang menimpa tentara-tentara negara pencuri itu; semuanya akan membuat kita gembira, ridha dan semakin yakin bahwa lembaga itu hanyalah sekumpulan omong kosong yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan label Islam, dan merasa cukup dengan gembar-gembor untuk membebaskan dataran tinggi Golan dan Palestina. lsu Palestina menjadi isu dagangan pokok kelompok-­kelompok yang dimotori oleh mereka yang membangun ‘Proyek Shafawisasi’ atau ‘Persianisasi’ di semenanjung Arabia; sebuah proyek yang mengalami kemajuan cukup pesat sejak dimulainya penjajahan terhadap Irak a la Amerika-Shafawiy­-Zionis, setidaknya sejak 3 tahun belakangan ini.
 Di Damaskus, tiga bulan yang lalu, telah diumumkan terbentuknya sebuah aliansi strategis Iran-Suriah yang di dalamnya turut pula bergabung kelompok Hizbullah dan beberapa kelompok Palestina, setelah sebelumnya kaum Shafawiy Iran telah terlibat dalam suatu ‘permainan’ dengan Pemerintah Suriah. ‘Permainan’ itu sangat jelas aromanya di bumi Irak yang terjajah, tentu dengan irama yang sejalan dengan sang penjajah Amerika. Meskipun masing-masing pihak tetap menjaga ‘mimpi-mimpi’ mereka untuk menanamkan pengaruhnya di kawasan Arab dan Islam.
 Di sini, mungkin menjadi sangat penting bagi kami untuk menunjukkan bahaya ‘mimpi-mimpi’ kaum Persianis-Shafawiy, yang didukung penuh oleh Pemerintah Suriah, Hizbullah dan kelompok-kelompok Syiah di Irak. Persekutuan gelap ini telah berubah menjadi gejala ‘kanker’ yang sangat parah (dan keji!), yang bahayanya bagi umat Islam (terutama di kawasan Arab) melebihi bahaya lembaga Zionis bernama Israel itu sendiri!
 Berikut adalah beberapa fenomena ‘Proyek’ Rasialis Shafawiy ini:
  1. Adanya gerakan dan upaya pembersihan etnis dan madzhab terhadap Ahlussunnah Arab di Irak, yang gejalanya semakin meningkat beberapa bulan belakangan ini, seiring dengan upaya pengisoliran terhadap mereka di wilayah selatan Irak. Ditambah lagi dengan seruan untuk membagi kawasan Irak berdasarkan kelompok aliran, serta mendorong pasukan penjajah Amerika untuk terus melakukan penangkapan, penawanan, pembunuhan, penghancuran dan pembersihan terhadap kaum Ahlussunnah di Irak, terhadap masjid-masjid, lembaga-lembaga, dan juga gerakan-gerakan mereka (Ahlussunnah Irak-ed)!
  2. Keterlibatan kaum Persia Shafawiy di Irak dengan kerjasama yang sangat sempurna dengan pimpinan tertinggi kaum Syiah di Irak, khususnya yang memiliki ras Persia. Dan itu diwujudkan dalam bentuk kerjasama intelejen, militer, ekonomi, politik dan agama, dengan dukungan penuh dari Amerika baik secara militer dan logistik, hingga Irak menjelma menjadi negara yang tunduk di bawah penjajahan kaum Persia Shafawis dengan menggunakan tank-tank Amerika!
  3. Keterlibatan kaum Persia Shafawiy di Suriah untuk menjalankan gerakan Syiahnisasi di tengah rakyat Suriah yang muslim sunni, dan pemberian kewarganegaraan Suriah kepada para keturunan Persia dan warga Syiah Irak, dari pihak pemerintahan Hafzih al-Asad. Dan jumlah mereka hingga saat ini telah melebihi 1 juta jiwa. Mayoritasnya bermukim di Propinsi al-Sayyidah Zainab dan sekitarnya di Damaskus.
  4. Menonjolnya upaya-upaya pemalsuan yang sangat vulgar dalam perhitungan demografis terhadap rakyat Suriah. Dan mungkin bukti yang paling jelas atas itu adalah studi-studi fiktif yang dipublikasikan oleh intelejen Suriah bahwa masyarakat Suriah adalah masyarakat minoritas, dan prosentase Ahlussunnah dari keseluruhan jumlah masyarakat Suriah itu hanya 48%. Dan jumlah itupun mengalami perpecahan di dalam tubuhnya sendiri! Padahal, rakyat Suriah secara mayoritas mutlak terdiri dari Ahlussunnah, dan ini adalah sebuah fakta yang terlalu jelas di Suriah. Tetapi para pelaksana proyek Persianis-Shafawis ini mengira bahwa dengan melakukan pemalsuan terhadap angka-angka dernografis di Irak–tentu saja dengan mengorbankan Ahlussunnah yang mayoritas–, mereka juga dapat melakukan hal yang sama di Suriah!!
  5. Kesepakatan dan konspirasi bersama dengan kekuatan Amerika sang penjajah. Dan mungkin bukti paling jelas atas itu adalah apa yang dipublikasikan oleh pimpinan spiritual tertinggi Syiah di Irak, berupa fatwa-­fatwa yang mengharamkan perlawanan terhadap sang penjajah Amerika dan membukakan pintu seluas-luasnya terhadap ‘proyek’ penyembelihan kaum Ahlussunnah di Irak, bahkan melabeli mereka dengan label teroris. Dan semua itu dilakukan seiring dengan upaya-upaya dusta mereka yang seolah mendorong perlawanan terhadap Amerika hingga negara itu merdeka! Sejarah memang selalu berulang. Peran-peran yang mereka lakukan hari ini sesungguhnya diilhami oleh peran-peran keji nenek­ moyang mereka: al-Thusiy dan Ibn al-Alqamy, bersama tentara Mongolia dan Tartar menjatuhkan umat Islam di akhir rnasa kekhilafahan Abbasiyah!!
  6. Semakin meningkatnya upaya-upaya penangkapan yang dilakukan oleh pemerintah Hafizh al-Asad terhadap warga Arab Iran (al-Ahwaz)[1]yang mencari perlindungan ke Suriah sejak puluhan tahun yang lalu. Tidak hanya itu, sebagian tokoh perlawanan al-Ahwaz itu (seperti Khalil ibn ‘Abd al-Rahman al-Tamimy dan Sa’id ‘Audah al-Saky) kemudian diserahkan kepada pihak intelejen Iran!
Sudah tentu proyek Shafawiyanisasi ini memerlukan ‘sampul’ dan ‘bingkai’ yang bisa diterima oleh seluruh bangsa Muslim. Harus ada upaya percepatan yang memungkinkan para pelaku proyek ini ‘mempermainkan’ keterlibatan emosional seluruh bangsa Muslim di dunia. Dan untuk saat ini, tidak ada cara yang terbaik kecuali mengangkat masalah Palestina, lalu kemudian ‘memainkannya’ dengan cantik. Dari balik ‘sampul’ itulah tersembunyi niat-niat keji para pelaku proyek busuk ini. Banyak yang tertipu. Sebagian gerakan Islam bahkan terbuai dalam permainan yang mereka mainkan. Semboyan-semboyan kosong yang memancing emosi dan solidaritas benar-benar menyilaukan mereka yang selalu menyederhanakan bahaya kaum Syiah Shafawiy ini.
Untuk upaya mempermainkan ‘kisah pilu’ Palestina ini maka dilakukanlah langkah-langkah berikut:
  1. Lebih dari sekali, Presiden Iran meneriakhan slogan-slogan kosongnya untuk seruan menghapuskan Israel (dari peta dunia)!
  2. Mengumumkan aliansi Iran-Suriah dengan beberapa organisasi Palestina yang memiliki citra yang baik di mata dunia Arab dan Islam. Mereka juga berlagak akan memberikan bantuan finansial kepada pemerintahan HAMAS. Tapi seperti biasa bantuan itu tak pernah ada! Bantuan­-bantuan itu tak pernah sampai ke tangan yang berhak hingga sekarang. Dan yakinlah, bantuan itu tak akan pernah sampai hingga kapanpun. Menteri Luar Negeri Iran (10/7/2006) menjelaskan dalam sebuah jumpa pers bahwa proses pemberian bantuan 50 juta dolar itu masih dalam taraf pengambilan keputusan (4 bulan setelah janji itu disampaikan), dan hingga sekarang jumlah itu belum pernah dibayarkan.Maka bantuan Iran itu tidak lebih dari sekadar gembar-gembor dan janji kosong, sebab kaum Shafawiy-Persian itu tak akan dapat digerakkan kecuali dengan motif ras dan kelompok, yang salah satu konsekuensinya adalah tidak memberikan bantuan apapun terhadap gerakan Palestina manapun yang Ahlussunnah, bagaimanapun kondisinya!!
  3. Penyelenggaraan berbagai pertemuan mencurigakan antara pemerintah Suriah dengan pemerintah Zionis, yang diawali dengan jabatan tangan antara Presiden Suriah, Basyar al-Asad dan Moshe Katzav, Presiden Israel, saat mengunjungi jenazah Paulus di Vatikan. Hal itu kemudian diikuti dengan pernyataan-pernyataan pihak Zionis bahwa pemerintah Suriah adalah pilihan mereka yang harus didukung. Sementara pihak Suriah juga menyatakan keinginannya untuk berdialog dengan kaum Zionis, meski disaat yang sama, pihak Suriah gencar melakukan pembersihan etnis (genocide) terbesar dalam sejarahnya terhadap warga negaranya, melakukan konspirasi terhadap upaya pengajaran Islam Ahlussunnah, sembari memberikan dorangan bahkan bantuan moril dan materil terhadap pengajaran Syiah-Shafawiy. Peristiwa paling mutakhir yang membuktikan ha1 ini adalah pertemuan Duta Besar Suriah dengan pimpinan persatuan Zionis di London (Surat kabar al-Syarq al-Ausath, 12/7/2006) dan penyambutan terhadap pemuka Zionis Amerika untuk menyampaihan ceramah di salah satu masjid jami’ terbesar di Halab (Surat kabar al-Khalij, 11/7/2006).
  4. Keterlibatan Mossad yang cukup dalam di Irak dengan dukungan pemerintah Irak buatan Amerika, dengan koordinasi yang kuat dengan apa yang disebut al-Haras al-Tsaury al-Irany (Pengawal Revolusi Iran) dan berbagai milisi Syiah Shafawiyah di Irak; untuk menangkap dan membunuh para ulama dan tokoh Ahlussunnah yang berpengaruh di Irak. Mereka bahkan melakukan berbagai tindakan terror terhadap Ahlussunnah di Irak berupa penculikan, penyiksaan hingga pembunuhan. Dan aliansi strategis ini bahkan telah siap melakukan langkah yang sama di tiga wilayah: Irak, Suriah dan Lebanon. Karena itu, tindakan apapun yang dilakukan oleh salah satu dari aliansi ini, sesungguhnya merupakan bagian dari proyek global Shafawiyanisasi di sepanjang kawasan yang memanjang dari Iran hingga Libanon, termasuk di dalamnya Irak dan Suriah! Karena itu–berdasarkan kesatuan strategi dan tujuan, serta komperhensifitas peran antara pemerintahan Persianis Iran, pemerintahan al-Asad di Suriah dan gerakan-gerakan Syiah di Libanon–kita dapat menyimpulkan berbagai upaya dan tindakan yang selama ini dilakukan, serta menentukan arahnya: apakah ia sepenuhnya untuk kemaslahatan bangsa Arab dan kaum muslimin, atau untuk kepentingan pelaksanaan rencana kaum Shafawis Persianis untuk menguasai wilayah dan kekayaan kita, untuk kemudian melakukan gerakan pembersihan etnis dan aliran terhadap Ahlussunnah di wilayah ini, untuk selanjutnya memperluas aksinya ke semenanjung Arabia hingga Afrika Selatan, demi mengembalikan kejayaan Dinasti Shafawiyah dan Fathimiyah, dengan menguasai wilayah Arab dan kaum muslimin!!
Coba Anda renungkan:
Apa arti dari peristiwa kemarahan Basyar al-Asad di Damaskus terhadap Pemerintah Libanon, yang lalu diikuti dengan mundurnya 5 menteri Syi’ah dari Hizbullah dan Gerakan Amal. Mereka mengundurkan diri lalu membekukan kegiatan mereka di sana??!
Apa arti dari apa yang dilakukan oleh sebagian peserta Konferensi Advokat Arab – yang diselenggarakan di Damaskus beberapa bulan yang lalu–, yang mengangkat bendera Hizbullah di konferensi itu, sedang tidak ada satu pun tanda atau simbol Libanon sebagai negara yang diangkat di sana, bahkan untuk bendera kebangsaannya sekalipun??!
Mengapa Hasan Nashrullah meletakkan foto “Imam” Khomeini itu di atas kepalanya dalam ruang kerjanya di Libanon??
Dan sebelum itu, apa makna dari jawaban salah seorang pemimpin Hizbullah atas pertanyaan wartawan di tahun 1987, “Apakah kalian merupakan bagian dari Iran?” (lalu dijawab), “Bahkan kami adalah Iran di Libanon dan Libanon di Iran” ??
Nah, atas dasar fakta-fakta inilah seharusnya kita menghukumi berbagai hal dan kejadian yang belakangan ini terjadi, yang notabene diprovokasi dan diledakkan oleh Hizbullah di balik strategi aliansi Shafawiy-nya–yang katanya–melawan keberadaan Zionisme!!
***
Sesungguhnya tujuan utama dari proyek Kaum Shafawiy Persia ini adalah menguasai dunia Arab dan Islam, yang dimulai dengan menundukkan wilayah bulan sabit (negeri-negeri Syam dan Irak). Proyek ini setidaknya dibangun di atas 5 pijakan:
  1. Bekerja sama dengan kekuatan Barat di bawah komando Amerika semaksimal mungkin untuk menguasai negeri-negeri kaum muslimin, serta melakukan peran-peran keji yang tidak kalah kejinya dengan apa yang dilakukan oleh Ibn al-Alqamy saat bekerja sama dengan Hulagu Khan untuk menjatuhkan Khilafah Islamiyyah. Dan seluruh dunia mengetahui dengan baik, bahwa Iran memiliki peran yang sangat besar dalam bekerja sama dengan Amerika untuk menjatuhkan Afghanistan, kemudian Irak. Para petinggi Iran sendiri mengakui hal itu. Bahkan mereka bangga akan itu. Muhammad Ali Abthahi, wakil presiden Iran yang lalu mengatakan, “Seandainya bukan karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menguasai Irak...Seandainya bukan karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menundukkan Afghanistan.” Tentu ini semua demi untuk melemahkan Ahlussunnah, lalu kemudian menghancurkan mereka di bawah payung pendudukan Amerika!!
  2. Menyalakan api peperangan antar kelompok, melakukan upaya pembersihan etnis dan kelompok, bekerja keras untuk membagi-bagi wilayah kita kaum muslimin, mengusir warga Irak yang Ahlussunnah dari propinsi-propinsi dimana mereka hidup bersama dengan kaum Syiah, ditambah dengan peran-peran merusak para pemimpin spriritual Syiah di Irak untuk menghancurkan Ahlussunnah dan semua lembaga yang mereka miliki. Ingat! Al-Syirazy menyerukan dalam khutbahnya untuk menghancurkan mesjid-mesjid Ahlussunnah di Irak. Dan mereka benar-­benar menghancurkan ratusan mesjid Ahlussunnah, atau mengubahnya menjadi Husainiyat dan pusat-pusat Syiah Shafawiyyah.
  3. Membunuh tokoh-tokoh potensial Ahlussunnah–baik dari kalangan ilmuwan, militer dan agama–, dan melakukan semua upaya keji untuk meneror, mengusir atau membalas dendam pada mereka!
  4. Melakukan kamuflase demografis sebagaimana yang terjadi di Suriah secara khusus. Dan juga seperti yang terjadi di Libanon dan Yordania, apalagi di Irak. Ditambah lagi bertebarannya para missionaris Syiah di tengah shaf (barisan) Ahlussunnah.
  5. Menciptakan benturan-benturan fiktif dengan kaum Zionis Israel. Padahal itu hanyalah sebuah pancingan agar Israel mengamuk lalu menghancurkan negeri-negeri kita kaum muslimin. Dan bila kekacauan itu terjadi, mereka dengan mudah memainkan strategi Shafawiyanisasi mereka demi mewujudkan tujuan-tujuan kejinya, persis seperti kondisi yang mereka ciptakan sebelumnya di Afghanistan dan Irak!!
Sesungguhnya proyek Shafawiy Syiah itu menyerupai proyek Zionis dalam berbagai sisinya. Namun sebenarnya lebih berbahaya dari proyek Zionis. Para pendukung proyek ini tidak akan berhenti hingga berhasil melenyapkan seluruh Ahlussunnah. Sebuah proyek yang mengemban kedengkian sejarah yang membuncah, yang dibangun di atas sampah-sampah agama mereka, seperti Mushaf Fathimah, nikah mut’ah, menuhankan para imam, menghina para sahabat Rasulullah, menyimpangkan al-Qur'an dan Sunnah, dan mengkafirkan Ahlussunnah. Karena itu, proyek ini jauh lebih berbahaya dari proyek Zionis dan Westernisasi Kolonialis Barat ­Amerika. Meskipun kaum muslimin tetap berkewajiban untuk melakukan perlawanan terhadap kedua proyek tersebut, namun tetap saja perlawanan terhadap proyek Shafawiyanisasi Persia itu harus lebih kuat dan keras!!
james-dobbinsex-naibrafsanjani
Sesungguhnya 4 wilayah yang dipilih oleh kaum Syiah Shafawiy sebagai jejak awal merealisasikan tujuan dan rencana mereka adalah:
  1. Wilayah Iran; di kawasan ini operasi pembersihan terhadap Ahlussunnah sangat luas terjadi. Ini diikuti dengan penghalalan harta, kehormatan dan bahkan masjid-masjid mereka (perlu diingat, bahwa di seluruh Teheran–ibu kota Iran–tidak ada satu pun masjid Ahlussunnah!)
  2. Wilayah Irak; di kawasan ini, mereka bekerja sama dengan penjajah Arnerika untuk melakukan upaya-upaya seperti penghancuran dan membaca-bagi wilayah Irak, mempersenjatai milisi-milisi Syiah untuk menyerang Ahlussunnah, pembersihan dan pengusiran Ahlussunnah, dan memalsukan prosentase jumlah penduduk Irak dengan menyebarkan studi-studi palsu yang menyatakan kemayoritasan Syiah, padahal sebelumnya Ahlussunnah menempati posisi 52% penduduk Irak!! Di sini harus pula disebutkan adanya misi-misi bersenjata yang ditujukan pada saudara-saudara kita rakyat Palestina yang hidup di Irak. Berupa tekanan, pembunuhan, penangkapan, pelecehan kehormatan, dan penghancuran tempat tinggal. Dan fakta menunjukkan bahwa teror-teror itu jauh lebih berat daripada teror yang selama ini mereka terima dari bangsa Zionis. Mereka bahkan berharap dapat kembali ke bumi Palestina dan berada di bawah kaki penjajah Zionis, daripada harus merasakan teror kaum Syiah!!
  3. Di wilayah Suriah; pemerintah Suriah–yang merupakan sekutu strategis Iran–telah melakukan berbagai upaya penangkapan dan pembersihan yang sangat luas terhadap rakyat Suriah sendiri. Mereka melakukan pembatasan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan memberikan keleluasaan bagi lembaga-lembaga Syiah. Padahal Syiah di Suriah sama sekali tidak mempunyai wujud riil. Pemerintah Suriah juga melindungi upaya Syiahnisasi di tengah kaum muslimin Suriah, memberikan kewarganegaraan pada kaum Syiah yang datang dari Iran dan Irak, serta mempersempit ruang gerak orang-orang al-Ahwaz yang mengungsi ke Damaskus. Suriah juga menyiapkan dirinya sebagai pangkalan penggempuran terhadap Libanon dan Yordania, tentu dengan menggunakan masalah Palestina sebagai ‘senjata’ untuk kepentingan aliansi keji ini!!
  4. Di wilayah Lebanon; Hizbullah dan Gerakan Amal–keduanya jelas gerakan Syiah–memainkan peranan sebagai gerakan perlawanan palsu. Mereka berlagak melakukan perlawanan terhadap Israel demi menjaga senjata tetap di tangan mereka, dan untuk memainkan lobi politik mereka di Libanon demi kepentingan aliansi Shafawiy-Persia. Kedua gerakan ini jelas-jelas melancarkan Syiahnisasi dan–yang tak kalah penting–sengaja memancing Israel untuk menghantam Libanon kapan saja aliansi Shafawiy itu membutuhkannya. Tentu disertai dengan upaya yang terus-menerus menghancurkan keutuhan Libanon, dan membentuk sebuah negara Syiah dalam negara Lebanon!!
Maka menjadi sangat penting–saat kita melihat kawasan yang terbentang dari Iran hingga Libanon dan Palestina–untuk memahami secara utuh apa yang telah kita gambarkan sebelumnya. Ini untuk menggambarkan secara utuh dan jelas apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari setiap tindakan para pendukung Proyek Shafawiyanisasi di kawasan manapun. Dasar inilah yang harus jadi pijakan kita dalam melihat tindakan militer yang dilakukan oleh Hizbullah belakangan ini: penculikan 2 tentara Israel, pembunuhan terhadap 7 orang dari mereka.
Garnbaran keadaan sebelum terjadinya tindakan militer ini dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Terjadinya peningkatan usaha pembersihan etnis clan aliran yang dilakukan oleh milisi Shafawi-Syiah di Irak, yang juga diikuti dengan pemusnahan yang keji terhadap penduduk yang berasal dari Palestina, dan pengusiran Ahlussunnah dari wilayah Selatan Irak (saat ini di Bashrah tersisa 7% Ahlussunnah, padahal sebelumnya selama puluhan tahun mereka mayoritas di sana, dan menjelang pendudukan Amerika jumlah mereka adalah 40%)!! Peristiwa ini diselingi juga dengan pernyataan Presiden Iran untuk melenyapkan Israel!!
  2. Gerakan perlawanan Palestina–yang tentunya memiliki latar belakang Ahlussunnah–menyita perhatian publik bahwa dialah satu-satunya yang terlibat dalam perlawanan terhadap Israel, dimana Israel telah sampai pada jalan buntu untuk mewujudkan tujuannya melawan rakyat Palestina dan gerakan-gerakan perlawanannya.
  3. Tersingkapnya keterlibatan Hizbullah dalam kesepakatan sekutunya, Iran, yang bersama dengan penjajah Amerika bersepakat untuk menghancurkan gerakan perlawanan Irak. Hizbullah juga terlibat dalam pelatihan milisi Syiah Shafawiyah di Irak, dan dengan milisi yang sama, mereka melakukan pemusnahan terhadap warga Palestian dan Ahlusunnah di Irak!
  4. Mulainya kejatuhan misi-misi Syiah di Suriah dan Libanon sebagai sebuah dampak terbalik dari tersingkapnya sikap-sikap politik para ‘peserta’ aliansi Shafawiy yang ternyata mendukung Zionis dan pendudukan Amerika di Irak–yang notabene telah mendapatkan penolakan luar biasa dari rakyat Irak–lalu disusul oleh munculnya bibit-bibit perbenturan dalam pelaksanaan kedua proyek besar Irak: proyek Amerika dan proyek Persia-­Shafawiy!!
  5. Semakin kuatnya tekanan nasional pihak Libanon, yang merupakan reaksi negatif atas pemerintah Suriah setelah pengusirannya dari Libanon. Dan juga semakin rapuhnya posisi pemerintah Suriah akibat semakin dekatnya tudingan dunia internasional atas pembunuhan Presiden Rafiq al-Hariri beberapa waktu lalu.
Karena semua faktor itu, maka:.
Harus ada upaya memalingkan pandangan mata dunia dari apa yang terjadi di Irak, baik yang dialami oleh Ahlussunnah maupun warga Palestina berupa tekanan kaum Syiah Shafawiy...
Harus ada upaya untuk ‘mencuri’ pandangan dunia dari gerakan perlawanan Ahlusunnah Palestina yang berhasil membuktikan kelemahan Israel...
Harus ada upaya untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap upaya­upaya 'zending' Syiah di kawasan itu...
Harus ada usaha untuk mengembalikan ‘kebenaran’ sesumbar dusta Ahmadinejad untuk melenyapkan Israel dan melawan negara Zionis itu...
Harus ada upaya untuk menutupi kesepakatan Hizbullah yang ingin melawan gerakan-gerakan perlawanan Irak...
Harus ada upaya untuk mengacaukan politik di Libanon demi menciptakan kekacauan yang telah diancamkan oleh Presiden Suriah, Basyar al-Asad...
Semua itu harus dilakukan, meski harus mengorbankan Libanon. Seluruh Libanon bahkan. Yah, meskipun itu harus menyebabkan kehancuran negeri bernama Lebanon!!
Untuk itu semualah, Hizbullah–sebagai salah satu pendukung proyek Shafawiy-Persia–menjalankan usaha atau petualangannya belakangan ini ‘melawan’ Sang Zionis!!
Apakah kita kontra terhadap sebuah gerakan yang melawan Zionis?? Tentu saja tidak! Kita mendukung setiap gerakan yang dapat melemahkan dan menjatuhkan negara pencuri Zionis itu! Tapi kita tidak bisa menerima jika gerakan itu menjadikan upaya perlawanannya sebagai bagian dari sebuah pewujudan tujuan yang jauh lebih berbahaya dari proyek Zionisme di negeri-negeri kita. Kita tidak setuju jika para pelaksana proyek itu menjadikan masalah Palestina sebagai barang dagangan mereka; sementara di saat yang sama, di Baghdad, mereka menyembelih orang-orang Palestina, merampas harta dan kehormatan mereka.
Kita tidak pernah bisa menerima jika kaum Shafawiy-Syiah itu ingin mengacaukan keamanan Suriah dan Lebanon demi mewujudkan tujuan-tujuan agama mereka...
Selamanya, kita tidak akan menerima jika Libanon dihancurkan dan rakyatnya dibunuh hanya karena ulah provokatif yang dilakukan oleh pendukung proyek Shafawiy-Persia, yang eksekusinya dijalankan oleh kaum Zionis!!
Kita tidak bisa menerima jika kaum Neo-Shafawiy itu berlagak ingin mengorbankan diri mereka, bahwa merekalah gerakan perlawanan itu. Sementara dengan sangat jelas mereka juga melirik dan mendukung proyek Amerika dan Zionis...
Kita tidak bisa menerima jika dunia memalingkan pandangannya dari segala kekejian dan kejahatan kaum Syiah-Shafawiy terhadap saudara-saudara, keluarga dan rakyat muslim kita di Irak...
Kita tidak bisa menerima jiha operasi-operasi militer gelap itu dijadikan sebagai ajang penguluran waktu untuk membangun proyek Senjata Nuklir Iran-­Shafawiy, yang kelak akan digunakan untuk menghancurkan bangsa Arab dan kaum muslimin, untuk merampas negeri, kekayaan dan juga harga diri mereka!!
Periksalah semua lembaran sejarah, Anda tidak akan pernah menemukan bahwa Iran pernah terlibat dalam peperangan melawan kaum Zionis sekalipun. Atau bahkan melawan `Si Setan Besar' Amerika!! Anda tidak akan pernah menemukan satu huruf pun di dalam sejarah yang menunjukkan itu. Bahkan Iran justru pernah mempermalukan dirinya dengan mengimpor senjata dari Israel dan Amerika saat berperang melawan Irak (ingat kasus Iran-gate!) Iran sendirilah yang membujuk dan mendukung keberlangsungan pendudukan Amerika di Irak. Iran-lah yang ikut campur dan memudahkan pemerintah Suriah untuk melenyapkan putra­-putra terbaiknya. Iran-lah yang menggunakan Hizbullah untuk memancing tindakan penghancuran Libanon oleh Israel. Iran sendiri-lah yang merebut tiga pulau milik Emirat Arab. Dan Iran-lah yang berusaha mengubah gerakan perlawanan Palestina menjadi selembar kertas yang kelak dengan mudah ia mainkan, meski harus mengorbankan stabilitas keamanan seluruh kawasan Arab dari Islam!!
Bila aliansi Neo Syiah-Shafawiy itu sungguh-sungguh melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel, mengapa dataran tinggi Golan masih tenang-tenang saja hingga kini??!
Bila Hasan Nasrullah clan Hizbullah-nya memang ingin mernbebaskan tawanan-tawanan Libanon, mengapa ia tidak menuntut sekutunya, Suriah, untuk melepaskan ratusan orang-orang Libanon di penjara Suriah??!
Bila aliansi Neo Syiah-Shafawiy ini jujur dengan semua gembar-gembornya, lalu siapakah yang menyambut pasukan Zionis dengan karangan bunga ketika mereka berhasil menguasai wilayah Libanon Selatan bulan Juni 1982??!
Lalu siapa yang mengundang pasukan Amerika ke Irak, dan hingga kini–saat kalimat-kalimat ini dituliskan–aliansi itu masih terus berlanjut??!
Jika Hizbullah memang ingin melindungi Libanon dan rakyatnya, mengapa mereka melakukan upaya provokatif baru-baru ini tanpa sepengetahuam pemerintah Libanon, yang Rabu sore (12/7/2006) mengeluarkan pernyataan: "Pemerintah Libanon sama sekali tidak mengetahui operasi yang dilakukan oleh Kelompok Hizbullah ini"??!
Jika mereka–kaum Neo Syiah-Shafawiy–itu memang ingin meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina yang terus terancam oleh tekanan Zionis, lalu mengapa mereka menghabisi kaum muslimin Palestina yang bermukim di Baghdad dengan cara yang jauh lebih keji dan kejam??!
Maka setelah semua ini, menjadi kewajiban kita semua–bangsa Arab dan seluruh kaum muslimin–untuk memahami sebaik-baiknya kenyataan politik, keamanan dan pandangan keagamaan yang ada saat ini.
Mereka (kaum muslimin) harus menyadari kedahsyatan bahaya kaum Neo Syiah-Shafawiy terhadap tidak saja bangsa Arab, namun seluruh kaum muslimin.
Lalu kemudian merumuskan langkah yang tepat untuk melawan kedua proyek keji ini: prolek Zionis-Salibis dan proyek Neo Syiah-Shafawiy-Persi–dimana yang terakhir disebutkan jauh lebih keji dan berbahaya dari yang sebelumnya–. Selamatkan agama, peradaban, masa depan negeri dan generasi kita dari mereka (kuam Neo Syiah Shafawiyyah)!!
DR. Muhammad Bassam Yusuf
kilroywink
Pembaca yang budiman...
 Ketika saya menerjemahkan tulisan ini, bayangan-bayangan kengerian sungguh berkelebat dalam benak saya. Mengapa? Karena saya tahu betul–dan mungkin Anda juga demikian–betapa gerakan Neo-Syiah ini secara perlahan tapi pasti mulai menjelma menjadi gerakan yang akrab, bahkan diminati oleh sebagian penduduk negeri ini. Wajah gerakan ini tampil begitu manis dan lembut di mata banyak orang. Tapi kita tidak pernah tahu–bahkan sebagian cendekiawan selalu berapologi tentang kebaikan mereka–seberapa dalam kelicikan yang terhunjam dalam wajah manis itu.
Terakhir, saya hanya menitipkan harapan sederhana agar kita selalu mewaspadai bahaya Neo-Syiah ini. Jangan terpesona hanya karena wajah yang manis dan tutur kata yang penuh rayu, sebab berislam yang benar tidak pernah didasarkan pada kehalusan tutur dan perilaku semata, tapi pada kekuatan hujjah yang berlandaskan al-Qur'an dan Sunnah yang shahihah. Mudah-mudah Anda dapat memahami itu. Wallahu a'lam.
Syi'ah Sesat - Hubungan Yahudi dan Syiah
 

Cipinang Muara, 20 Juli 2006

  kilroywink

1 Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, Angkatan IX 2005/2006, dan anggota Dewan Syariah Wahdah lslamiyah Pusat Makassar.

 2 AI-Ahwaz adalah sebuah wilayah Arab yang hingga kini dikuasai oleh orang-orang Persia (Iran). Dikenal juga dengan nama Arabistan (istan artinya wilayah). Pada tanggal 12 April 2005 yang lalu wilayah ini mengajukan tuntutannya untuk merdeka dan melepaskan diri dari wilayah Iran. (Penj)

Cara membuat pistol rakitan di Rumah


Buku ini khusus untuk ikhwah yang bertempat tinggal di wilayah yang sangat sulit untuk mendapatkan senjata.

DOWNLOAD AND ONLINE READING LINK

PDF : https://ia801602.us.archive.org/18/items/22pistol/22pistol.pdf

https://archive.org/details/22pistol

http://al-busyro.org/vb/showthread.php?p=7914#post7914


Kisah Ummu Waroqoh, Mujahidah yang Akhirnya Menjadi Asy-Syahidah




Beliau adalah putri dari Abdullah bin al-Haris bin Uwaimar bin Naufal al-Anshariyyah. Beliau dikenal dengan kuniyah Ummu Waroqoh binti Abdullah atau dikenal dengan Ummu Waroqoh binti Naufal, dinisbahkan pada kakeknya. Beliau termasuk wanita yang mulia dan paling mulia di zamannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengunjungi beliau beberapa kali dan beliau menjulukinya dengan gelar Asy-Syahidah.

Beliau radhiallahu ‘anha adalah seorang wanita yang memiliki ghirah tinggi terhadap Islam dan bercita-cita untuk mati syahid di jalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu beliau tidak terhalang untuk berjihad bersama kaum Muslimin dan mendapatkan pahala Mujahidin. Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam hendak berangkat perang Badar, Ummu Waroqoh berkata kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam“Ya Rasulullah izinkanlah aku berangkat bersama anda, sehingga aku dapat mengobati orang-orang yang terluka di antara kalian, merawat orang yang sakit di antara kalian dan agar Allah mengaruniai diriku syahadah.”

Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam turut mengumpulkan al-Qur’anul Karim, dan beliau adalah seorang wanita yang ahli dalam membaca al-Qur’an. Oleh karena itulah Nabi memerintahkan beliau agar menjadi imam bagi para wanita di daerahnya. Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyiapkannya seorang muadzin bagi beliau.

Disebutkan dalam al-Musnad dan as-Sunan dari hadits Abdurrahman bin Kholad dari Ummu Waroqoh mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungi beliau di rumahnya, kemudian memberikan seorang muadzin untuknya. Abdurrahman berkata, “Aku melihat muadzin tersebut seorang laki-laki yang sudah tua.”

Begitulah, jadilah rumah Ummu Waroqoh radhiallahu ‘anha sebagai rumah Allah yang di sana ditegakkan shalat lima waktu. Alangkah terhormatnya seorang wanita yang menduduki posisi sebagaimana seorang wanita Mukminah seperti Ummu Waroqoh.

Ummu Waroqoh radhiallahu ‘anha senantiasa istiqomah dengan keadannya yaitu menjaga syari’at-syari’at Allah hingga pada suatu ketika budak dan jariyahnya yang telah dijanjikan oleh beliau untuk dimerdekakan setelah beliau wafat, membunuh beliau.

Tatkala pagi, Ummar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah, aku tidak mendengar suara bacaan bibiku Ummu Waroqoh semalam.” Kemudian beliau memasuki rumahnya namun tidak melihat suatu apapun, kemudian beliau memasuki kamarnya ternyata beliau (Ummu Waroqoh) telah terbungkus dengan kain di samping rumah (yakni telah wafat). Umar berkata,“Alangkah benar sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersabda, “Marilah pergi bersama kami untuk mengunjungi wanita yang syahid.”"

Selanjutnya Umar radhiallahu ‘anhu naik ke mimbar dan mengabarkan berita tersebut lantas berkata, “Hadapkanlah dua budak tersebut kepadaku!” maka di datangkanlah dua orang tersebut dan beliau menanyai keduanya dan mereka mengakui bahwa mereka berdua telah membunuhnya, maka beliau memerintahkan agar kedua orang tersebut disalib, dan mereka berdualah yang pertama kali disalib dalam Islam.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Ummu Waroqoh radhiallahu ‘anha, semoga Allah Ta’ala membalas semua kebaikannya, yang mana beliau senantiasa membaca al-Qur’an dan mengumpulkannya. Beliau adalah imam bagi para wanita di zamannya, amat sangat rindu untuk berjihad dengan harapan mendapatkan pahala Mujahidin. Akhirnya Allah pun mengabulkan permohonannya dan mendapatkan pahala Mujahidin. Ummu Waroqoh, Mujahidah yang akhirnya menjadi Asy-Syahidah.
Ref: Majalah GERIMIS vo. 13
(zafaran/muslimahzone.com)

Umat Islam dan Teori Konspirasi


Sebuah buku berjudul, “Akar Konflik Politik Islam di Indonesia”, ditulis oleh Dhurorudin Mashad, terbitan Pustaka Al Kautsar, cetakan Juni 2008. Buku ini diberi kata pengantar oleh Eep Saefulloh Fatah, pakar politik UI. Pustaka Al Kautsar termasuk sering menerbitkan buku-buku yang bertema politik Islam. Buku ini melengkapi wacana yang telah diterbitkan sejak lama. Dalam buku karya peneliti LIPI ini banyak wawasan-wawasan informasi yang bisa dijadikan alat untuk memahami peta politik Islam di Indonesia, sejak dulu sampai saat ini. Namun kali ini saya tidak bermaksud membahas buku Dhurorudin Mashad di atas. Cukuplah pembaca mengkajinya secara mandiri. Disini saya lebih tertarik membahas salah satu materi kata pengantar Eep Saefulloh Fatah, ketika dia menjelaskan sumber-sumber kemunduran kehidupan Umat Islam di Indonesia.Menurut Eep, secara statistik jumlah Muslim Indonesia sangat banyak, tetapi secara realitas peranan Umat Islam marginal.
Dia berusaha mencari jawaban atas masalah ini. Salah satunya, menurut Eep, biang kerok kemunduran Umat Islam, karena kita terlalu banyak terbelit oleh TEORI KONSPIRASI.
Dalam buku itu Eep mengatakan:
“Salah satu cara menjawab yang seringkali diajukan oleh kalangan Islam adalah menemukan sumber-sumber di luar sebagai penyebab, biang kerok, kekalahan atau kegagalan politik mereka (Umat Islam, pen.). Salah satu cara sangat populer dalam kerangka ini adalah mengajukan teori konspirasi: menunjuk kalangan-kalangan di luar Islam yang dipersepsikan sebagai komplotan yang memang terus-menerus menjaga agenda mereka untuk memarjinalisasikan kalangan Islam.
Goenawan Mohamad menyebut teori konspirasi sebagai “teori orang malas”. Saya tidak bisa untuk tidak setuju. Bahkan menurut hemat saya, bukan sekedar itu. Teori konspirasi, bukan alat penjelasan untuk orang-orang yang malas, tetapi juga “teori para pecundang”. Seorang pecundang membiasakan telunjuknya mengarah ke luar dirinya, seolah mengharamkan introspeksi. Seorang pemenang, sebaliknya, senantiasa ikhlas melihat pertama-tama ke dalam dirinya. Introspeksi.
Menuding penyebab di luar sebagai sebab utama atau semata-mata adalah salah satu cara yang kontra-produktif untuk memahami kegagalan dan kekalahan politik kalangan Islam. Karena itu, cara semacam itu selayaknya ditinggalkan. Selayaknya kalangan Islam memulai usaha pencarian jawaban atas pertanyaan itu dengan melihat ke dalam, ke dalam diri sendiri, melakukan introspeksi secara ikhlas, dan menemukan kekeliruan atau kesalahan pertama dan terutama dari sana.” (Akar Konflik Politik Islam di Indonesia, Dhurorudin Mashad, halaman xii).
Eep Saefulloh Fatah beberapa tahun lalu mengambil studi doktoral di Amerika Serikat. Kini mulai aktif kembali dalam kancah pemikiran politik di Indonesia. Dia seorang demokrat sejati dengan segudang optimisme tentang kehidupan rakyat yang adil, makmur, sentosa, aman, damai, bersatu, bermartabat, terhormat, mulia, berdaya, harmonis,…: melalui proses demokrasi! Pada sebagian orang, demokrasi telah menjadi nilai-nilai yang mengendap ke dasar keyakinan di hati. [Padahal dalam Islam, politik saja posisinya hanya sekedar wasilah (sarana), bukan prinsip fundamental. Apa lagi demokrasi?].
Saya masih ingat dialog Eep Saefulloh Fatah dengan HS. Dillon di sebuah stasiun TV. Setelah 10 tahun Reformasi, kondisi masyarakat malah acur mumur (hancur berantakan). HS. Dillon berkali-kali menanyakan ke Eep tentang ongkos besar di balik praktik politik selama ini. Tetapi Eep keukeuh dengan keyakinannya, bahwa demokrasi adalah jalan terbaik bagi bangsa Indonesia. Menyikapi situasi penderitaan masyarakat di era Reformasi, Eep begitu pintarnya mencari black sheep (kambing hitam) dengan menyebut konstruksi kepemimpinan politik saat ini yang dianggapnya belum demokratis. Contoh, pada Pemilu 1999 PDIP memperoleh suara terbanyak, tetapi malah Gus Dur yang menjadi presiden. Atau Pemilu 2004, yang jadi presiden malah SBY dari Partai Demokrat.
Pendek kata, dalam pandangan Eep, Indonesia belum mencerminkan kondisi negara yang demokratis. Lalu apa komentar dia ketika menyaksikan kondisi keterpurukan Amerika Serikat saat ini? Bukankah disana adalah “surga”nya demokrasi? Entah, nanti “black sheep” siapa lagi yang akan dibawa-bawa…
Pentingnya Introspeksi
Pemikiran Eep Saefulloh yang layak dihargai, bahwa Umat Islam perlu introspeksi diri. Lihatlah ke dalam, lihat berbagai kekurangan dan kelemahan diri. Ya, benar adanya. Introspeksi diri sangat penting. Dalam Islam ia dikenal dengan istilah muhasabah (menghitung-hitung kekurangan diri). Setiap manusia berakal pasti membutuhkan muhasabah atau evaluasi diri. Khalifah Umar Ra. mengatakan, “Hisablah diri kalian, sebelum kelak kalian akan dihisab (oleh Allah SWT).” Benar, kita setuju sepenuhnya. Umat Islam, baik sedang terpuruk atau berjaya, sedang dominan atau marginal, sedang di atas atau di bawah, saat sendiri atau berjamaah; kita semua butuh introspeksi diri, evaluasi diri, terus bermuhasabah.
Kalau mau jujur, kemauan untuk muhasabah bagi setiap orang, merupakan tanda bahwa yang bersangkutan berpeluang untuk maju. Siapapun yang anti muhasabah, merasa cukup dengan kemampuan dan ilmunya, merasa telah sempurna, dengan enggan melihat kesalahan-kesalahan diri; mereka akan kalah atau dikalahkan.
Kebangkitan bangsa Jerman setelah Perang Dunia I, hal itu muncul ketika mereka bersedia mengkoreksi kesalahan-kesalahannya, lalu melakukan konsolidasi internal. Sebaliknya, kegagalan Jerman dalam PD II itu justru terjadi ketika mereka memaksakan diri ingin mengalahkan Rusia. Jerman tidak menghitung kondisi internalnya dan tantangan eksternal yang akan dihadapi. [Jerman menyerang Rusia saat negeri itu menjelang musim dingin. Tentu saja, Rusia sangat "welcome" menyambut pasukan Nazi Jerman, untuk dikubur di bawah tumpukan salju].
Kondisi yang sama juga dialami Jepang. Gerakan Restorasi Meiji mencerminkan komitmen tinggi Jepang untuk melakukan perbaikan internal. Namun ketika Jepang memaksakan diri mendukung Jerman dan Italia dalam PD II, tanpa menghitung sejauh mana tantangan eksternal yang dihadapi, mereka pun dikalahkan. Akibat kekalahan itu, sampai hari ini Jepang masih harus meminta maaf atas kekejaman-kekejaman pasukannya di masa lalu kepada China, Korea, Indonesia, dan lainnya. Ketika suatu bangsa melakukan introspeksi, mereka bangkit; namun saat mereka arogan dan meninggalkan introspeksi, mereka pun dikalahkan. Situasi yang sama juga dihadapi Napoleon Bonaparte di Perancis.
Adalah nonsense bicara soal kebangkitan, tanpa introspeksi diri. Bahkan Al Qur’an memberikan landasan filosofis yang amat fundamental. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah (keadaan) suatu kaum, sampai mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’du: 11).
Ketika Rasulullah SAW. memimpin kaum Muslimin dalam Perang Hunain, banyak orang merasa arogan dengan jumlah pasukan yang banyak. Mereka merasa akan mudah mengalahkan suku-suku pedalaman Arab yang masih musyrik. Ternyata, jumlah yang banyak itu tidak berdaya menghadapi serangan-serangan kaum musyrikin. Pasukan kaum Muslimin kocar-kacir. Banyak yang melarikan diri dari medan pertempuran, sebelum diijinkan oleh Nabi SAW. Barulah ketika Nabi melakukan konsolidasi, memanggil Sahabat-sahabat terbaiknya dari kalangan Anshar dan Muhajirin, setelah itu perlahan-lahan kaum Muslimin bisa memukul mundur suku-suku pedalaman Arab, sampai mereka benar-benar dikalahkan dengan kerugian harta-benda sangat besar. (Lihat Qur’an Surat At Taubah: 25-27).
Hampir bisa dipastikan, tidak akan ada kebangkitan, tanpa introspeksi diri. Bahkan dalam manajemen-manajemen modern, istilah evaluasi program sudah menjadi makanan sehari-hari. Mereka juga mengenal istilah analisa SWOT. Siapapun yang mau maju, pasti butuh evaluasi diri.
Tetapi saat kita menyadari pentingnya introspeksi diri, tidak berarti harus membuang teori konspirasi, atau menuduh teori itu sebagai buang-buang waktu, atau sejenis “kerjaan orang bodoh”. Tidak sama sekali. Pemahaman terhadap teori konspirasi tetap dibutuhkan oleh Umat ini, bahkan SANGAT PENTING. Tidak mungkin sukses perjuangan suatu kaum, jika mereka buta terhadap konspirasi musuh-musuhnya. Rasulullah SAW pernah memerintahkan sebagian Sahabat untuk melakukan kegiatan mata-mata atau pengintaian, karena ingin mengetahui konspirasi-konspirasi musuhnya. Sampai beliau mengatakan, “Al harbu khud’ah” (Perang itu adalah tipu daya).
Pandangan Islam
Sebenarnya, ajaran Islam sangat memperhatikan posisi teori konspirasi -jika boleh disebut demikian-. Bahkan tema konspirasi (makar) sangat kuat dalam ajaran dan sejarah Islam. Minimal, kita diingatkan bahwa iblis dan bala tentaranya tidak kenal lelah melakukan konspirasi untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Begitu pula, orang-orang kafir selalu berkonspirasi untuk memurtadkan kaum Muslimin. Dalam Al Qur’an, “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian, sampai mereka berhasil membuat kalian murtad dari agama kalian, seandainya mereka mampu (melakukan hal itu).” (QS. Al Baqarah: 217).
Konspirasi dalam Al Qur’an disebut dengan istilah al makar atau al kaidu. Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak. Di antaranya yang sangat populer ialah: “Mereka membuat makar, dan Allah pun membuat makar. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pembuat makar (balasan).” (QS. Ali Imran: 54). Dan ada pula ayat berikut: “Dan sungguh mereka telah membuat makar (yang besar), padahal di sisi Allah (balasan) makar mereka itu. Dan sungguh makar mereka itu dapat melenyapkan gunung (karena saking kejinya).” (QS. Ibrahim: 46).
Dalam kisah para Nabi dan Rasul banyak disebutkan tentang makar-makar. Rata-rata musuh para Rasul membuat makar untuk menentang Kenabian. Minimal makar dengan kampanye menjelek-jelekkan dakwah Rasul. Saudara-saudara Yusuf As pernah membuat makar dengan memasukkan Yusuf ke dalam sumur, lalu mereka mengarang cerita dusta tentang “Yusuf dimakan serigala”. Fir’aun juga membuat makar untuk menghalangi dakwah Musa As. Samiri membuat makar “anak sapi” untuk menyesatkan Bani Israil. Romawi membuat makar untuk memberantas dakwah Zakariya, Yahya, dan Isa As. Adapun makar di jaman Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam banyak sekali. Makar itu terutama dari kalangan musyrikin Makkah, Yahudi Madinah, dan kaum munafik Madinah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkali-kali hendak dibunuh. Pertemuan di Darun Nadwah Makkah merekomendasikan agar Nabi dibunuh secara bersama-sama oleh pemuda musyrikin. Sewaktu Nabi menempuh hijrah ke Madinah, beliau disayembarakan untuk dibunuh. Ketika di Madinah, Nabi hendak dibunuh oleh orang Yahudi dengan rencana dilempar penggilingan gandum dari atap rumah. Beliau pernah diracun oleh seorang wanita Yahudi melalui daging yang dihadiahkan kepadanya. Beliau juga pernah disihir oleh dukun Yahudi. Kaum Muslimin mengalami makar berkali-kali dari Abdullah bin Ubay dan kawan-kawan. Begitu pula Yahudi membuat makar besar dengan menjadi sponsor utama pasukan al ahzab (semacam Sekutu multi nasional).
Sejarah Islam menceritakan banyak fakta-fakta tentang makar. Khalifah Abu Bakar Ra. diganggu oleh Nabi palsu dan kaum murtadin (menolak membayar zakat). Khalifah Umar Ra. terbunuh karena konspirasi, begitu pula Khalifah Utsman Ra. dan Khalifah Ali Ra. Munculnya Khawarij dan Syi’ah juga bagian dari proses makar (konspirasi). Begitu pula Perang Salib melawan pasukan Nashrani Eropa, kehancuran Andalusia di Spanyol, penjajahan bangsa Eropa di Dunia Islam (Asia-Afrika), hancurnya Khilafah Islamiyyah Utsmaniyyah, munculnya negara-negara atas dasar nasionalisme, serta berdirinya Israel di Palestina, semua itu berbicara lugas tentang fakta besar: M A K A R !!!
Hingga pernah diceritakan, ketika Israel berhasil merebut Palestina, salah satu perwira pendukung Israel datang ke makam Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah. Disana dia mengejek Shalahuddin. Dia mengatakan, bahwa kemenangan Israel itu merupakan pembalasan atas kekalahan Barat dalam perang Salib. Jangan jauh-jauh, George Bush saja ketika menyerukan “War against Terrorism”, dia mengklaim bahwa perangnya merupakan kelanjutan dari Crusade(perang salib).
Jadi adalah sangat lucu kalau kita mengabaikan fakta konspirasi. Secara tekstual, ajaran Islam berbicara tentang hal itu. Dalam sejarah para Rasul As, sejarah Nabi Saw. dan Khulafaur Rasyidin radhiyallahu ‘anhum hal itu nyata terjadi. Begitu pula dalam sejarah Islam sejak awal sampai Turki Utsmani, bahkan sampai hari ini, makar terus diproduksi untuk merobohkan Islam.
Entah kita akan disebut Umat sedungu apa, kalau mengingkari fakta konspirasi ini? Dan entah bagaimana lagi hendak menjelaskan, jika dalil-dalil segunung itu ditolak dengan alasan “teori orang malas”, bahkan “teori para pecundang”? Jangan-jangan orang yang mengatakannya sudah tidak beriman lagi? Na’udzubillah min dzalik. [Kalau Goenawan Mohamad memang kafir dan anti Islam. Tahun 2006, dia mendapat penghargaan Dan David Prize di Tel Aviv Israel. Hal itu disebutkan dalam buku Fakta dan Data Yahudi di Indonesia, oleh Rizki Ridyasmara].
Sejarah di Indonesia
Di Indonesia pun kita menjumpai banyak fakta konspirasi. Bukan lagi teori, tetapi FAKTA. Penjajahan VOC dan Belanda, Portugis, Inggris, Spanyol, dan Jepang di Indonesia adalah fakta tentang konspirasi. Ya, penjajahan itu bisa dibilang “mbah-nya” konspirasi. Lama sekali masa yang dijalani bangsa ini dalam penjajahan, sejak tahun 1600-an sampai 1945. {walaupun sebenarnya kalau mau disadari bangsa kita saat ini pun sedang terjajah. Indonesia dulu dan sekarang faktanya sama-sama dijajah oleh PEDAGANG RAKUS (baca : KAPITALIS). Bedanya dulu kita dijajah dengan cara kekerasan, sekarang dengan TIPU DAYA!}.
Politik devide et impera yang diterapkan Belanda (VOC) adalah konspirasi. Penipuan terhadap para pahlawan seperti Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Syaikh Yusuf, dll. dengan kedok perundingan damai, lalu yang bersangkutan ditangkap adalah konspirasi. Keterlibatan Snouck Hurgronje yang mengaku ulama dari Makkah, lalu meracuni pikiran rakyat Aceh, adalah konspirasi. Bahkan upaya mencuci otak anak-anak terbaik Indonesia dengan sistem pendidikan sekuler Belanda, melalui Politik Etik Douwes Decker, adalah konspirasi. Perundingan-perundingan dengan Belanda seperti Linggarjati, Renville, KMB, yang isinya selalu merugikan Indonesia, adalah konspirasi.
Bahkan konspirasi itu juga dilakukan sendiri oleh elit politik Indonesia sendiri. Soekarno sewaktu menyusun Pancasila, setuju dengan konsep “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Namun tanggal 18 Agustus 1945 saat pengesahan UUD 1945 dia mengingkari janjinya. Teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno dengan coret-coretan juga konspirasi. Kebohongan Soekarno kepada rakyat Aceh tentang penerapan Syariat Islam, juga konspirasi. Sikap lunak Soekarno kepada PKI, meskipun telah memberontak di Madiun, adalah konspirasi. Sikap keras Soekarno kepada Masyumi dan tokoh-tokoh yang terlibat PRRI, adalah konspirasi. Dan lain-lain sangat banyak.
Kalau kita membaca sejarah Indonesia, sebagian besar adalah sejarah konspirasi. Ia merupakan sejarah yang berpihak kepada kaum sekuler dan anti Islam. Salah satu contoh, tentang Boedi Oetomo (BO). Kelahiran BO menjadi tonggak Kebangkitan Nasional. Padahal banyak orang tahu, BO itu organisasi etnik yang bersifat elitis, dan sangat kompromi dengan kepentingan Belanda. Bahasa pengantarnya saja Belanda. Tidak pernah terdengar BO melancarkan perang anti penjajahan. Sementara Syarikat Islam (SI) yang sangat pro kemerdekaan dan anti penjajahan, tidak pernah dihargai sebagaimana mestinya (baca : 20 Mei BUKAN Hari Kebangkitan Nasional). Begitu pula, isi Sumpah Pemuda sangat mirip dengan slogan yang dikenal di kalangan Freemasonry. Melodi lagu Indonesia Raya pun tidak murni gubahan WR. Soepratman, tetapi dimodifikasi dari lagu-lagu klasik.
Banyak sekali fakta-fakta konspirasi yang kita dapati, sejak jaman Orde Lama, Orde Baru, sampai saat ini. Peristiwa Woyla, Tanjung Priok, Talangsari, Kupang, Ambon, Maluku Utara, Poso, dll. pekat beraroma konspirasi. Kerusuhan Mei 1998 pun tidak murni karena demo mahasiswa. Ada tangan-tangan kuat yang bermain di baliknya. Terutama IMF, USAID, media-media TV, dan LSM-LSM pro asing di Indonesia. Pemerintah Abdurrahman Wahid sarat dengan misi konspirasi. Hingga Bom Bali tanggal 12 Oktober 2002, khususnya bom yang meledak di Sari Club, sampai saat ini masih menyisakan banyak misteri.
Banyak sekali fakta tersebut. Disana ada peristiwa-peristiwa besar yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, tetapi tidak bisa dicarikan jawabannya dengan berita-berita umum yang beredar di media massa. Contoh, kerusuhan Ambon 19 Januari 1999. Korban yang meninggal sangat banyak, hingga mayat-mayat yang membusuk di pantai. Kota Ambon sendiri rasanya hancur total. Di pemukiman Muslim, masih tersisa satu bangunan Masjid Al Fatah. Trauma pasca kerusuhan ini tidak akan hilang sampai beberapa generasi ke depan. Pertanyaannya, mungkinkah kerusuhan besar itu terjadi hanya karena pertengkaran sopir angkot di terminal Mahardika? Lihatlah antara akibat yang timbul dan penyebabnya terdapat jurang kesenjangan yang amat jauh. Sangat dungu orang yang mengabaikan fakta konspirasi dalam kasus ini.
Konspirasi Kelas Dunia
Di dunia internasional sendiri sangat banyak konspirasi. Sebagian konspirasi itu akhirnya terbongkar, sebagian lain masih misterius. Dan negara yang sangat banyak “memproduksi” konspirasi adalah Amerika. CIA sendiri adalah dinas intelijen yang paling sibuk “ngurusi” negara lain. Keringat agen-agen CIA bisa tercium di setiap meja pemerintahan-pemerintahan di dunia; bau mulut agen-agen CIA masih menempel di kabel-kabel saluran telepon khusus.
Harus dicatat bahwa berbagai konspirasi itu memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia di dunia. Sebagiannya adalah sebagai berikut:
Penetapan hak veto bagi 5 negara besar di PBB. Ummat Islam yang jumlahnya sekitar 1 miliar di dunia tidak mendapat 1 pun hak veto. Sementara Inggris dan Perancis yang kecil memperolehnya.
Perang dingin Amerika-Uni Soviet adalah medan perang konspirasi luar biasa. Hingga Hollywood pun dilibatkan dalam perang itu.
Pendaratan Neil Amstrong Cs. ke bulan adalah misteri besar. Seandainya Amerika telah mampu kesana, mengapa hal itu tidak mampu lagi diulang di jaman modern ini? Bukankah perkembangan teknologi semakin canggih? Bahkan meledaknya dua pesawat ulang-alik Amerika, Columbia dan Challenger, adalah fakta yang tidak terbantah bahwa menembus angkasa sangat sulit.
Penerimaan teori Evolusi Darwin sebagai bagian dari sains modern adalah konspirasi luar biasa. Bukan hanya karena teori itu tidak pernah mampu dibuktikan secara empirik di laboratorium; tetapi juga karena berbagai teror dialamatkan kepada ilmuwan-ilmuwan yang menolak teori itu.
Penggulingan penguasa-penguasa politik di Dunia Ketiga banyak dibidani oleh CIA, baik di Asia maupun Afrika. Contoh, jatuhnya Soekarno, Reza Pahlevi, Pol Pot, Farah Aidit, dll.
Skandal Iran Kontra. Skandal ini sangat mempermalukan Amerika di dunia internasional. Dalam opini dunia, Amerika sangat bermusuhan dengan Iran. Tetapi di bawah permukaan, mereka kerjasama dengan Iran dalam soal minyak. Lalu hasilnya dimanfaatkan untuk membeli senjata dalam rangka mendukung gerilyawan Kontra di Nikaragua.
Kebijakan Glasnost dan Perestroika Michael Gorbachev adalah bentuk konspirasi, sehingga Komunis Uni Soviet bubar. Kebijakan Gorbachev itu hanya untuk mengalihkan perhatian dunia dari kekalahan Uni Soviet di medan perang Afghanistan.
Perang Teluk I 1990-1991 adalah bentuk konspirasi. Saddam Husein pernah mengaku, bahwa sebelum penyerangan Irak ke Kuwait, duta besar Inggris dan Perancis terus memprovokasi Irak agar menyerang Kuwait. Tetapi setelah serangan dilakukan, Saddam Husein malah diadili dunia di bawah komando Amerika. Ini adalah kebusukan luar biasa. Saddam dan Irak dijebak dalam skenario mematikan. Di atas kertas mereka salah, padahal provokator serangan ke Kuwait adalah Inggris dan Perancis.
Krisis moneter regional di kawasan Asia tahun 1997 adalah hasil konspirasi antara lembaga-lembaga keuangan dunia, bandar mata uang asing (seperti George Soros), dan para konglomerat penghutang (debitor).
Tragedi WTC 11 September 2001 adalah konspirasi terbesar awal abad 21. Banyak peneliti yang membahas masalah ini.
Penggulingan Pemerintahan Thaliban setelah Tragedi WTC adalah konspirasi. Masalah utamanya, Thaliban tidak mau tunduk dalam aturan Amerika soal pasokan energi dari Asia Tengah.
Serangan Sekutu ke Irak 2003 atas nama “senjata pemusnah massal” adalah konspirasi luar biasa. Ia malah bisa disebut sebagai kejahatan perang. Sebab menurut inspeksi PBB, instalasi informasi senjata pemusnah massal di Irak adalah bohong belaka. Bahkan eksekusi mati terhadap Sadam adalah tindakan kejahatan internasional yang tidak termaafkan. Serangan ke Irak itu sendiri tidak sah, apalagi penggulingan kekuasaan, dan eksekusi terhadap pemimpin sebuah negara berdaulat.
Penjara-penjara Amerika untuk tertuduh terorisme seperti Guantanamo, Abu Ghraib, Begram, Kandahar, dll. adalah bentuk konspirasi juga. Dan banyak contoh-contoh lain.
Tanda bahwa semua itu konspirasi sangat sederhana. Satu, semua itu memberi dampak luar biasa dalam kehidupan manusia. Dua, opini yang berkembang di tengah masyarakat tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental seputar kasus-kasus di atas. Misalnya, klaim bahwa Usamah bin Ladin dan jaringan Al Qa’idah merupakan pelaku peledakan WTC. Klaim ini tidak mampu dibuktikan. Usamah dan lain-lain tidak mampu menjelaskan bagaimana detail kronologi peledakan WTC itu. Usamah bisa menjadi instruktur militer tercanggih di dunia jika benar-benar mampu menjelaskannya. Tidak ada satu pun satuan militer di dunia berani mengklaim bisa merancang aksi seperti itu. Bahkan benarkah peledakan pesawat bisa menghancurkan gedung semegah WTC hanya dalam hitungan beberapa menit?
Kalau kita tidak percaya dengan teori konspirasi, berarti kecerdasan kita sangat memprihatinkan. Kita tidak pernah berpikir secara logis, tetapi selalu mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan. Ini sangat mengerikan!
Bukan Pemikiran Pecundang
Goenawan Mohamad mengklaim bahwa teori konspirasi adalah “teori orang malas”. Eep Saefulloh Fatah menambahkan lebih tajam, “teori para pecundang”. Ungkapan-ungkapan seperti ini menurut saya justru keliru. Orang-orang yang mempercayai teori konspirasi adalah mereka yang memiliki intelijensi lebih tinggi. Mereka tidak menerima begitu saja setiap informasi yang dipublikasikan. Mereka memikirkan kemungkinan terbalik dari apa yang tampak di permukaan.
Dalam dunia intelijen, teori konspirasi menjadi madzhab utama. Anggota intelijen dibiasakan memikirkan segala sesuatu secara terbalik. Semua itu membutuhkan kekuatan berpikir yang tinggi. Tidak berlebihan jika dinas tersebut disebut intelligence; kumpulan orang-orang pintar.
Dari sisi lain, di dunia sangat banyak gerakan-gerakan politik yang bekerja secara konspiratif (gerakan bawah tanah). Hampir di setiap negara ada gerakan seperti itu, termasuk di Indonesia. Di antara mereka benar-benar murni gerakan bawah tanah, tidak pernah mengekspose diri ke permukaan. Contoh gerakan-gerakan yang bekerja secara rahasia: Macan Tamil Elam di Srilangka, MILF di Filipina, ANC di Afrika Selatan (dulu), IRA di Irlandia, Basque di Spanyol, Quebec di Kanada, Jihad Islam di Palestina, Al Qa’idah di Irak, Hizbullah di Libanon, dll. Semua pengamat mengerti tentang realitas ini. Bahkan mencermati perkembangan politik tanpa memikirkan elemen-elemen seperti itu adalah nonsense. Kalangan Yahudi termasuk yang memiliki gerakan-gerakan bawah tanah sangat militan. Termasuk organisasi mantel Yahudi seperti Freemasonry, Illuminati, Ksatria Templar, Rotary Club, Lions Club, dll. Begitu juga dalam bidang kriminalitas ada Mafia Sicilia, Mafia Rusia, Mafia China (Triad), Mafia Kolumbia, dll. Mereka bekerja saat orang lain tertidur, dan mereka tidur saat orang lain bekerja. Begitulah logikanya.
Dalam politik juga begitu. Teori konspirasi banyak dipakai untuk membuat analisis politik. Medan politik adalah medan perang kepentingan; namun perang ini tidak memakai senjata dan amunisi. Ia adalah perang manuver-manuver politik untuk memperoleh akses politik sebesar-besarnya. Siapapun yang membuat manuver politik hanya berdasarkan kenyataan-kenyataan terbuka yang tampak di atas permukaan, dia akan gagal. Politik yang bekerja sesuai opini umum adalah politik orang awam, bukan politik cerdas yang efektif.
Singkat kata, teori konspirasi bukan “teori orang malas” atau “teori para pecundang”. Ia adalah teori yang menunjukkan level berpikir lebih tinggi dari standar orang biasa. Orang malas tidak akan sampai ke pemahaman teori konspirasi, apalagi para pecundang. Ungkapan Eep Saefulloh Fatah di atas adalah salah secara komprehensif. Ia lebih tampak seperti retorika tanpa arti.
Metode Sederhana
Secara umum, hakikat konspirasi itu nyata. Dengan berbagai cara Allah Ta’ala mengingatkan kita tentang bahaya konspirasi. “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kalian, maka jadikan ia musuh kalian. Sesungguhnya syaitan itu menyeru bala tentaranya untuk menjadi penghuni neraka sa’ir.” (Faathir: 6). Menolak konspirasi akan membawa kita mengkufuri ajaran Islam. [Meskipun tentu saja, ajaran Islam tidak hanya bicara soal konspirasi].
Dalam menyikapi sesama Muslim, kita tidak boleh memakai kerangka teori konspirasi. Ia hanya digunakan untuk menyikapi berbagai golongan anti Islam, apapun bentuk dan eksistensinya. Terhadap sesama Muslim yang dikenal baik komitmen kepada agamanya, berlaku prinsip husnuzhan (baik sangka). Kepada non Muslim, sekularis, kalangan anti Islam, aliran sesat, dan orang-orang yang sudah terkenal kejahatannya, sudah sewajarnya kita su’uzhan. Su’uzhan dalam kondisi seperti itu tidak merugikan. Jika kita benar, maka kita terselamatkan dari bahaya mereka; jika kita salah, setidaknya sudah melakukan ikhtiar kewaspadaan. Seorang Muslim wajib waspada kepada semua elemen-elemen musuhnya.
Bagaimana kalau ada yang menyebut usaha kewaspadaan sebagai perbuatan “orang malas” atau “para pecundang”? Jawabnya sederhana: Orang yang mengatakan itu tidak mengerti ajaran Islam! Bahkan dia termasuk manusia polos yang percaya begitu saja setiap informasi yang bertebaran di masyarakat. Dan yang lebih memprihatinkan, logika berpikirnya tidak berjalan lancar. Betapa banyak kenyataan-kenyataan besar yang tak mampu dicarikan jawabannya melalui opini umum. Apakah semua itu terjadi karena kebetulan? [Jawaban Anda atas pertanyaan ini akan mencerminkan posisi keilmuan dan wawasan Anda!].
Agar kita selalu mendapat petunjuk Allah Ta’ala dalam menyikapi berbagai realitas, hendaknya selalu taat kepada-Nya. “Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, maka Dia akan mengadakan bagimu furqan (pembeda antara al haq dan al bathil).” (QS. Al Anfaal: 29).
Sebagai catatan terakhir, pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir, Syaikh Hasan Al Banna rahimahullah, beliau menjadikan materi ghazwul fikri (perang pemikiran) sebagai salah satu materi penting tarbiyah dakwahnya. Sebagaimana namanya, ghazwul fikri berarti kancah perang pemikiran. Sampai ada satu hikmah besar: “Bahwa kenyataan hidup yang dihadapi Umat Islam kerap kali mengikuti jadwal konspirasi yang diterapkan atas mereka.” Wallahu a’lam bisshawaab.
[AM. Waskito]