Sabtu, 30 Maret 2013

Tokoh-Tokoh Yahudi Yang Merusak Pemikiran (4-Habis)



Oleh Pizaro Novelan Tauhidi
Besar, berbadan kokoh, dengan rerimbunan pohon mengelilinginya. Itulah gambaran Universitas tertua di  Israel: Hebrew University. Ia didirikan di tanah haram. Tanah sah milik bangsa Palestina yang terang-terangan dicuri demi Israel Raya. Tak heran dari kampus tua ini lahir bejibun aktor pendukung Zionisme Israel. Kurikulum pun dirancang sedemikian rupa demi menelurkan sederetan orientalis yang angkuh. Ada yang merusak, ada pula yang merombak. Sasarannya adalah tatanan dunia Islam; dari ilmu hingga budaya.
Salah satu nama yang jarang dikenal atas keberhasilan Hebrew dalam merusak studi Islam adalah Joseph Horovits. Judah Magnes, Orientalis Yahudi keturunan Jerman yang merintis lahirnya Islamic Studies di Hebrew ini melihat bakat intelektualitas Horovits yang mampu menggabungkan Studi Islam dan Yahudi secara teologis. Atas pengaruh Judah Magnes pula, Horovits terpilh menjadi dewan pimpinan di universitas yang berdiri tahun 1918 tersebut.
Herry Nurdi dalam bukunya Belajar Islam Dari Yahudi menjelaskan bahwa Horovits sejatinya adalah seorang Yahudi ortodoks dari seorang rabbi di Frankurt. Karirnya dalam dunia orientalisme sebenarnya dimulai sepanjang tahun 1907 hingga 1914. Kala itu ia menjadi direktur dalam  proyek Islamic Inscription Departement di bawah pemerintahan India. Kemampuannya menjadi orientalis terus terasah hingga dalam perjalanannya ke Frankfurt ia mengirim memorandum kepada Judah Magnes agar segera membentuk Institute of Arabic and Islamic Studies; ya insitut yang kelak akan menjadi Universitas yang disegani di dunia Arab; Hebrew.
Horovits juga menyarankan agar pimpinan insitut sebaiknya dipimpin oleh Sarjana Yahudi dari Amerika atau Eropa dan berharap beberapa pelajaran yang dikaji diantaranya tafsir, hadits, fiqih, dan sejarah Islam. Horovits kemudian menyertakan delapan daftar nama Yahudi orientalis yang ia sarankan untuk memimpin proyek ini, termasuk dirinya sendiri.
Pada tahun 1926, Judah Magnes akhirnya menyetujui Horovits sebagai Direktur yang dapat mengendalikan operasi institut kajian Islam ini dari jauh, di Eropa tepatnya. Dan pada 22 April 1926, berlangsung pertemuan pertama guru-guru Yahudi membahas rencana besar ini di Jerusalem. Mereka di antaranya adalah Horovits, Magnes, Billig, Mayer, Baneth, dan Ginsberg. Di Jerusalem itulah mereka mulai menyusun dan merancang rencana kerja penelitian. Billig ditugaskan untuk mengkoordinasi rencana-rencana penelitian dibantu dua orang asistennya. Dan Horovits ditugaskan untuk melakukan kajian sastra klasik Arab.
Salah satu proyek ambisius Horovits adalah menerbitkan Ansab Al-Ashraf of Baladhuri, sebuah proyek yang disebut Horovits sebagai sebuah metode memahami Al Qur’an. Tapi hingga kini , proyek prestisius ini tak kunjung usai. Dari 10 jilid yang direncanakan, baru rampung dua jilid saja.
Salah satu murid Horovits yang kemudian “menjadi” atas tempaannya adalah SD. Goiten. Ia langsung datang ke Israel dari Berlin pada tahun 1928. Di Israel, Goiten mengajar ilmu-ilmu bible dan kelak menjadi salah satu orientalis Yahudi yang sangat proaktif mengeluarkan karya-karyanya yang cukup sengit menyerang Islam.
Sejak awal Hebrew University memang mencoba untuk membahas Islam dalam dua tema besar. Pertama, kekayaan peradaban Islam; terutama pada zaman pertengahan dan kedua menyelami bahasa-bahasa Arab klasik yang nantinya akan digunakan sebagai senjata untuk menyerang sumber-sumber Islam seperti Al Qur’an dan ajaran di dalamnya. Semua ini harus mereka pelajari dengan tujuan menaklukkan dunia Islam demi kejayaan Israel Raya.
Muhammad Al Bahiy, seperti dikutip oleh Mohammad Natsir Mahmudi dalam bukunya Orientalisme Al Qur’an di Mata Barat, juga menyiratkan hal senada. Ia mengemukakan ada dua motivasi para orientalisme yang sangat terkait erat pada misi politis terhadap umat Islam.
Pertama, tidak terlepas pada dominasi untuk memperkokoh Imperialisme Barat atas Negara-negara Islam. Kedua, memperkuat semangat perang salib dengan mengatasnamakan kajian Ilmiah dan kemanusiaan. Ya nyanyian lazim para pelantun Zionisme dengan cita-cita membangun dunia tanpa agama dan hanya menyisakan Yahudi sebagai nilai yang pantas dianut. Sebagaimana termaktub dalam Protocol of Zion pasal 14 :
“Diupayakan di dunia ini hanya satu agama, yaitu agama Yahudi (inti ajaran agama yahudi adalah pemujaan materi atau paham materialisme, pen). Oleh karena itu segala keyakinan lainnya harus dikikis habis. Kalau dilihat di masa kini, banyak orang yang menyimpang dari agama. Pada hakekatnya kondisi seperti itulah yang menguntungkan yahudi. Di masa akan datang masyarakat dunia akan berduyun-duyun memasuki agama Musa yang menundukkan mereka berada di bawah telapak kaki yahudi. Pada saat itu, suara kritikan hanya tertuju kepada agama selain yahudi. Orang tak akan berani menelanjangi agama kita. Karena rahasia yang terkandung dalam ajaran agama Yahudi sangat dalam, dan ajarannya selalu diperjuangkan oleh pendeta-pendeta kita. Segala karya tulis yang mengkritik agama kita tidak diperkenankan terbit dan tersebar di masyarakat. Kita terus berjuang menyebar-luaskan tulisan sastra picisan di masyarakat negara adidaya.”

Tidak ada komentar: